Sabtu, 19 Desember 2009

Fic: The Ghost Overground

Author: Lady_Mannequin
Genre : Horror, Drama
Rating: T
Warning: Self insert
Setting : Wyoming, Arizona, South Dakota and Kansas
Timeline : After “No Rest For Wicked” (finale episode season 3)
Title reference: This fan fiction title refers to an album by Jack’s Mannequin


"Lady, bisa nggak, sih kamu jalan lebih cepat lagi?" tanya Jack pada Lady.

"Sabar dong, Jack. Aku kan pakai stiletto. Mana bisa jalan cepet-cepet di tengah hutan belantara begini," jawab Lady menenangkan Jack yang mulai kelihatan tidak sabar menunggu Lady yang kecepatannya jalannya bisa disamakan dengan kura-kura.

"Ya udah, kamu lepas sepatu aja deh biar cepat," kali ini gerutuan Jack diutarakan dengan suara yang agak kencang karena Lady udah berada di belakang Jack dengan jarak yang lumayan jauh.

Lady tidak menggubris keluhan sang pacar. Lagi pula Lady lagi malas berdebat karena energinya sudah hampir abis untuk memaksakan berjalan kaki sekian puluh kilometer dengan stiletto Rotelli kesayangannya. Walaupun sebenarnya Lady sudah capek sama Jack karena nggak ngasih tau sebelumnya bahwa mereka bakal ke tempat kayak gini, namun ia berusaha untuk nggak memperlihatkannya dengan memberikan Jack senyuman yang paling manis.  Jack pun luluh melihat senyum Lady yang mengingatkannya pada sebuah iklan lipstik asal New York yang dibintangi oleh Josie Maran. Kekesalan Jack yang tadinya udah sampe ubun-ubun mencair seketika. Jack menghentikan ayunan kakinya dan bersandar di pohon oak seraya menunggu Lady yang dengan susah payah berjalan mendekat.

"Jack, sebenarnya kita ini mau ke mana sih? Kayaknya kita udah jalan berpuluh-puluh kilometer tapi kok belum nyampe juga?" tanya Lady saat menghampiri Jack.

"Tadi kan udah aku kasih tau bahwa tempat yang akan kita tuju bakal bikin kamu bahagia banget," jawab Jack sambil tersenyum.

Yah, kenapa sih mau bikin aku bahagia aja mesti ke tempat kayak gini. Ini sih bukan bikin seneng tapi malah nyusahin, sungut Lady dalam hati.

"Kasih petunjuk dong tempatnya nanti kayak gimana, Jack?" tanya Lady setengah memelas.

"Kalau dikasih tau sekarang kan jadi nggak surprise, Dy," jawab Jack.

"Dikiiit aja deh, Jack, please," pinta Lady.

Jack akhirnya nggak tega juga melihat muka memelasnya Lady.

"Aku lagi mencari sebuah bangunan makam kuno yang di pintunya terdapat bulatan dengan tanda bintang dan ada lubang di tengahnya," tutur Jack.

Lady hanya memandang Jack dengan tatapan tak mengerti.

"Kata tanteku, di sana kita bisa mewujudkan segala keinginan kita, Dy."

"Jadi kamu dapat info ini dari tante kamu? Aneh deh, kenapa dia nggak ambil sendiri aja ya?"

"Kehidupan tanteku kan udah sempurna, jadi mungkin dia nggak butuh lagi benda macam gini?"

"Tetap aja aneh dan nggak masuk akal!"

"Kamu bisa ngebuktiin deh nanti kalau udah nemuin benda ini. Lebih baik kamu buat daftar permintaan aja deh. Kalau aku sih udah bisa ngebayangin bakal minta uang yang banyak banget supaya kita bisa menggelar pesta pernikahan mewah dan hidup berbahagia selama-lamanya. Kamu pasti mau kayak gitu dong, Dy?"

”Hmmm....”

Kalimat Lady terpotong ketika menyadari bahwa ia dan Jack telah sampai di area pemakaman kuno. Kegelapan makin menyelimuti karena sang surya hampir terbenam di ufuk barat dan ditambah dengan minimnya penerangan di area pemakaman itu. Ratusan nisan tua berdiri kokoh di atas tanah lembab yang ditutupi oleh daun-daun kamboja yang berguguran, dahan-dahan pepohonan kamboja melambai-lambai ditiup angin bagaikan tangan monster yang siap menerkam, puluhan burung gagak mengeluarkan bunyi koak-koak yang mengerikan, berbagai macam patung penjaga makam seolah-olah sedang menatap tajam ke arah Lady membuatnya merinding ketakutan.

"Jack, aku takut," gumam Lady dengan suara gemetar.

"Tenang aja, say. Tanteku bilang kalau kita berhasil sampai ke area pemakaman kuno ini berarti bangunan yang kita cari sudah dekat," sahut Jack untuk meyakinkan Lady. Ia meraih tangan pujaan hatinya. Jack mengumpulkan keberaniannya untuk membuka pagar yang membatasri area pemakaman dengan hutan disekelilingnya.

Jack dan Lady bergegas berjalan bersama dan akhirnya menemukan sebuah bangunan makam kuno yang di pintunya terdapat bulatan berbentuk bintang dan ada lubang di tengahnya. Ketika mereka berdua telah tiba tepat di depan bangunan makam tersebut, Jack mengambil sesuatu dari dalam saku celana jinsnya.

"Jack, ngapain kamu bawa-bawa pistol?" tanya Lady heran ketika melihat pistol dengan laras pendek dan berujung bulat yang tengah dibawa oleh Jack.

"Ini bukan sembarang pistol, Dy. Pistol ini adalah kunci untuk membuka benda ini," kata Jack sambil memasukkan ujung pistol ke dalam lubang yang terdapat di tengah bulatan dengan tanda bintang di pintu bangunan tersebut. Jack dan Lady benar-benar tidak mengetahui bahwa pintu tersebut adalah Devil’s Gate dan sesuatu yang sangat mengerikan berada di baliknya.

Jack dan Lady terkejut ketika tiba-tiba bulatan dengan tanda bintang itu berputar dengan sangat cepat. Dalam sekejap pintu terbuka lebar dan terlihatlah neraka yang berkobar-kobar. Jack dan Lady pingsan seketika saking terkejutnya melihat kobaran api dibalik pintu yang terbuka itu.

Neraka berguncang ketika sebuah lubang terlihat menganga di tengah lautan api. Tanpa dikomando, seluruh penghuni neraka berebut untuk meloloskan diri dari tempat paling mengerikandan terkutuk tersebut. Gumpalan-gumpalan asap hitam yang tak terhitung banyaknya keluar melalui Devil's Gate.

WUUUUZZZZZZZ...WUUUUZZZZZZZ...WUUUUZZZZZZZ...

Dean tak menyia-nyiakan kesempatan emas untuk bisa keluar dari neraka jahanam. Ia terkejut ketika menyadari dirinya telah berubah menjadi segumpal asap hitam yang telah melesat jauh ke langit malam yang bertaburan bintang. Dean berhenti sejenak dan mengamati pemandangan bumi yang telah lama sekali tak dilihatnya. Seketika itu juga, pandangan Dean terpaku pada  Devil's Gate yang masih terbuka lebar di mana ribuan demon sedang berdesak-desakan untuk meloloskan diri dari neraka.

Dean berbalik kembali ke arah Devil's Gate dalam hitungan detik.  Dean berusaha sekuat tenaga untuk menutup Devil's Gate, namun ia tak mampu melakukannya karena ia sekarang adalah roh tak bertubuh. Ia memandang tubuh Jack yang masih pingsan dan tanpa pikir panjang langsung merasuki tubuh pria tampan tersebut. Dean kembali mengerahkan segenap tenaganya untuk menutup Devil's Gate. Usahanya tak sia-sia karena akhirnya Devil's Gate telah menutupdan tanda bintang di pintu bangunan tersebut berputar dengan arah berlawanan jarum jam. Lalu Dean mengeluarkan Colt yang ujungnya tertanam dalam benda tersebut dan memasukkannya dalam kantong celana jeansnya.

”I’m free!” seru Dean setelah berhasil menutup Devil’s Gate.

”But I’m the ghost overground now,” gumam Dean lirih pada dirinya sendiri sambil memandangi tubuh yang dirasukinya.

Dean bergegas keluar dari area pemakaman dan mencoba untuk mengingat kembali semua memori masa lalunya saat masih menjadi manusia. Berbagai macam gambaran menari-nari dalam benaknya, lalu muncullah satu sosokyang paling dicintainya selama ini. Sam, jerit Dean dalam hati.  Ia pun mempercepat langkahnya hanya untuk satu tujuan yaitu bertemu dengan Sam. Tak terasa Dean telah melewati hutan belantara dan sampai di sebuah jalan raya. Ia melihat seberkas cahaya di luar hutan dan langsung menyeberang jalan tanpa tengok kanan kiri.

Tanpa Dean sadari, sebuah Mercy melaju melewati jalan tersebut dan menabrak Dean yang mengakibatkan tubuh yang ditumpanginya terhempas melewati pagar pembatas jalan dan jatuh kedalam semak belukar di tepi hutan.

Dean bangkit dari semak-semak dan melihat bahwa tubuh yang ditumpanginya luka parah. Darah mengucur di beberapa bagian tubuh Jack. Dean meraba wajah dan ia dapat merasakan darah mengalir tanpa henti dari patahan tulang-tulang tengkorak Jack yang mencuat keluar menembus daging dan kulit.

"Tak ada gunanya lagi aku bertahan dalam tubuh yang telah hancur ini," gumam Dean pelan. Ia hampir saja keluar dari semak-semak namun diurungkannya begitu melihat sang pengendara Mercy keluar dari mobilnya. Ternyata, sang pengendara adalah seorang wanita berambut coklat yang sangat cantik. Mata Dean langsung terbelalak. Maklumlah, Dean sudah lama tak melihat wanita cantik di neraka.

Seorang pria tampan berambut hitam membuka pintu Mercy dan keluar menghampiri wanita yang sedang melihat ke sana ke mari dengan tatapan bingung.

"Ada apa, Dahlia?" tanya sang pria.

"Aku merasa telah menabrak sesuatu, Andrew," jawab sang wanita yang dipanggil Dahlia.

"Tapi aku tak melihat seorang atau sesuatu pun di jalan ini selain kita berdua," sahut Andrew sambil memperhatikan jalan yang telah mereka lewati.

"Kamu juga merasa kan tadi mobil kita seperti bersentuhan dengan sesuatu? Ah, seharusnya aku tadi tidak usah memaksakan untuk belajar menyetir mobil malam-malam begini," ujar Dahlia panik.

Andrew mencoba menenangkan Dahlia dari kepanikannya dengan tersenyum dan merangkul sang istri. Lagi pula ia tak melihat sesuatu yang mencurigakan di jalan sehingga ia yakin bahwa istrinya tak membuat kesalahan. Ia juga memaklumi cara Dahlia menyetir yang notabene belum seahli dirinya.

"Ayo, Dahlia, kita kembali ke mobil. Aku yang akan menyetir sekarang," ajak Andrew seraya membukakan pintu untuk Dahlia. Dahlia pun menerima ajakan sang suami dan masuk ke dalam Mercy.

Dean kembali tertegun ketika menyaksikan percakapan tersebut dari balik semak-semak. Sebuah ide cemerlang langsung terbersit dalam pikirannya. Segumpal asap hitam keluar dari mulut Jack yang berlumuran darah dan dalam hitungan sepersekian detik masuk kedalam tubuh Andrew yang sedang membuka pintu Mercy. Lalu ia duduk dan mulai menstater mobil.

"Wow!" seru Dean ketika melihat pantulannya di kaca spion. Dean tak dapat menyembunyikan kekagumannya terhadap wajah tampan yang dimiliki oleh tubuh yang baru saja dirasukinya itu.

"Andrew?" tanya Dahlia keheranan.

Dean tersenyum dan memandang dengan seksama wanita yang memanggilnya dengan nama Andrew. Hmmm... wanita ini sungguh menawan. Kulit wajahnya putih dan halus bagai porselen, mata berwarna madu dengan bulu mata yang sangat lentik, hidung lurus mancung, bibirnya yang seksi, lesung pipinya yang memikat, rambut panjang berwarna kecoklatan yang tergerai indah dan tentu saja lekuk tubuhnya yang sempurna benar-benar membuat Dean terpesona. Dean menebak bahwa ia berusia sekitar dua puluhan.

Dahlia merasa aneh dengan tatapan suaminya yang sangat tidak biasa. Tentu saja dia tidak mengetahui bahwa saat ini Dean yang telah menguasai tubuh suaminya. "Ada apa, Andrew?" Dahlia bertanya lagi sambil mengerutkan kening. Namun Dean tidak menghiraukan keanehan yang dirasakan Dahlia dengan tetap menatapnya lekat-lekat.

"Aku lapar," jawab Dean cuek. Dean memasang safety belt-nya dan segera tancap gas.

"Bukannya kita baru makan malam sekitar satu jam yang lalu?" tanya Dahlia lagi. Hihihi, Dahlia nggak tau kalau Dean beneran kangen banget sama Beef Burger secara dia nggak pernah bisa makan makanan favoritnya itu sejak ia tiba di neraka yang cuma ada api.

"Kejadian tadi membuatku lapar lagi, sayang," katanya sambil tersenyum. Diam-diam Dean memperhatikan senyumnya sendiri lewat pantulan kaca spion. Senyum yang menawan, katanya dalam hati.

Oow, I'm in trouble! Dean menjerit dalam hati sambil tangan kirinya menjitak-jitak dahinya. Ternyata Dean baru menyadari bahwa dia tidak punya petunjuk sama sekali harus mengemudikan Mercy ini kemana. Ia punya beberapa pilihan yang harus secepatnya ia putuskan. Pilihan pertama, bertanya pada Dahlia tentang tujuan mereka yang sebenarnya yang kemungkinan besar akan dijawab dengan pertanyaan juga. Pilihan kedua, jalan terus sampai ketemu belokan baru tanya. Pilihan ketiga, diam saja dan berharap ditegur bila salah jalan. Di tengah-tengah usaha Dean untuk memeras otak dan memutuskan mana yang terbaik dari tiga pilihan tersebut, tiba-tiba jreng... jreng... jeng.. .resto Mcdonald's berdiri dengan gagahnya di tepi jalan. Air liur Dean hampir menetes begitu melihat gambar Big Mac yang terpampang di billboard depan outlet McD tersebut. Seketika itu juga Dean langsung berbelok dan memarkir mobilnya di halaman parkir.

Dean langsung berlari masuk menuju McD yang diikuti Dahlia. Dean benar-benar norak. Bayangin aja, Dean memesan makan malam tujuh rupa. Waitress dan waiter McD aja sampai wara wiri menyiapkan pesanannya Dean. Semua stock Big Mac, Fillet o'fish, cheese burger dan McChicken diborong sama Dean. Itu belum termasuk sama french fries segentong, coca cola segalon dan es krim seember. Ia langsung menuju sebuah meja setelah sebelumnya memberikan kartu kreditnya pada kasir sambil ngomong "Visa, all it takes". Udah mirip iklan kartu kredit deh.

Dean pun makan dengan rakusnya dan dia nggak menyadari sama sekali tentang status public figure yang disandang oleh Andrew, sang pemilik tubuh yang dirasukinya itu. Pokoknya Dean balas dendam habis-habisan karena udah lama banget nggak menikmati makanan favoritnya tersebut. Untung aja saat itu udah malam, jadi pengunjung McD cuma sedikit. Dan dari jumlah yang sedikit itu, semuanya sampe nggak berkedip melihat Dean yang cara makannya mirip orang lagi lomba makan.

Sementara Dahlia sendiri yang sedari tadi melongo dengan muka merah menahan malu akhirnya beranjak dari tempat duduknya yang berada di sebelah Dean. Ia misuh-misuh sambil melangkahkan kakinya keluar dari resto fastfood itu. Sebuah rekor baru dipecahkan Dean yang menghabiskan seluruh makan malam tujuh rupanya dalam waktu 20 menit saja. Sayangnya kru Guiness Book of Record lagi nggak ada disitu.

Dean yang kekenyangan duduk santai selagi para waitress membersihkan kertas-kertas pembungkus burger yang memenuhi mejanya. Dean masih sempat-sempatnya menggoda seorang waitress seksi yang mengembalikan kartu kreditnya namun dibalas dengan delikan nggak suka dari sang waitress.

Dean memasukkan kartu kredit ke dalam dompet lalu mengecek kartu identitas sang pemilik tubuh. Ternyata nama lengkapnya adalah Andrew Ross McMahon, lahir di Massachussets pada tanggal 3 September 1982, status married, beralamat di 1034 Willow Avenue, Arizona 17030 dan pekerjaannya adalah... Dean sempat nggak percaya melihatnya. Ia mengucek-ucek matanya lalu membaca huruf demi huruf. MUSICIAN. Oow! desah Dean pelan. Dean memang sudah sering berpura-pura seumur hidupnya, namun ia belum pernah menyamar jadi musisi.

Dean memasukkan dompetnya kembali ke saku celana jeansnya dan segera beranjak menuju toilet. Dean tertegun sejenak mengamati pantulannya ketika melewati cermin besar yang terpatri di dinding toilet. Wajah tampan dengan rambut yang trendy, alis melengkung indah yang dikombinasikan dengan mata berwarna hijau terang, hidung yang mancung, bentuk bibir yang tipis dan melengkung ke atas, tentunya yang paling menarik adalah lesung pipinya yang membuat senyumnya sangat menawan. Semua itu belum termasuk piercing di alis kirinya dan tato yang menghiasi kedua lengannya serta keseluruhan badannya yang atletis. Tidak berbeda jauh dengan tubuh yang dimiliki Dean semasa hidupnya. Dean mengakui bahwa tubuh Andrew ini memang sangat keren dan pasti akan dibutuhkannya dalam rangka menarik sebanyak mungkin wanita-wanita cantik dan seksi.  

Setelah itu, Dean kembali ke mobilnya dan mendapati Dahlia yang lagi ngambek berat sampe nggak mau ngomong. Dean menstater mobilnya dan langsung tancap gas. Dean melihat perubahan Dahlia namun ia tidak  menyadari penyebabnya ialah karena kelakuannya barusan. Dean mengeluarkan jurus lelucon mautnya untuk mencairkan suasana. Sayangnya Dahlia nggak menggubris karena tiba-tiba dia udah berada di alam mimpi alias tertidur. Dean melajukan kendaraannya dengan kencang di Wyoming Highway 220 untuk menuju Colorado yang merupakan jalur tersingkat untuk sampai di "rumahnya" di Arizona.

Dahlia terbangun beberapa jam kemudian ketika Dean lagi celingukan mencari "rumahnya". Mata Dahlia yang tertuju pada sebuah rumah besar didepannya membuatnya yakin. Kemudian Dean tiba di gerbang rumah tersebut di mana seorang penjaga keamanan sedang membukakan gerbang untuknya.

Dahlia langsung menuju kamarnya di atas. Sementara itu, Dean sibuk mengitari "rumahnya" yang super megah dan indah. Wah, ini keberuntungan yang sangat jarang, katanya dalam hati. Setelah menjelajahi dan mengagumi kemewahan setiap sudut rumah, kemudian Dean menaiki tangga melingkar menuju kamar tidur yang ditempatinya bersama Dahlia.

******

Cahaya matahari pagi yang menerobos masuk melalui sela-sela jendela kamar berpadu dengan sinar lampu biru membuat Dean membuka matanya perlahan-lahan. Sesaat ia merasa asing dengan suasana yang dialaminya dan mencoba untuk mengingat peristiwa yang terjadi pada hari sebelumnya. Dean kembali mengedarkan pandangannya melihat sekeliling kamar. Ia bersyukur keberuntungannya ini bukan mimpi.

Perlahan-lahan Dean menggerakkan tubuhnya untuk bangun dari ranjang. Ia bermaksud untuk tidak membangunkan Dahlia yang tidur disebelahnya. Dean meraih boxer-nya dan langsung memakainya. Dean berjalan perlahan tanpa suara lalu membuka pintu lemari dengan sangat hati-hati. Dean mengambil salah satu T-shirt, jaket dan celana jeans. Ia juga meraih PDA dan kunci mobilnya yang langsung dimasukkan ke celana jeansnya. Masih dengan tubuh yang hanya memakai boxer, Dean membuka pintu kamar dan berjalan menuruni tangga menuju kamar mandi di lantai dasar.

Setelah selesai mandi dan berpakaian, Dean berjalan di koridor dan melihat berbagai penghargaan platinum dan gold terpajang di dinding. Penghargan tersebut membuat Dean menyimpulkan bahwa Andrew adalah musisi yang cukup sukses. Sejenak matanya tertegun pada ribuan compact disc yang tertata rapi di rak. Akhirnya Dean memutuskan untuk membawa CD Metallica, Bon Jovi dan tentu saja semua album yang telah dirilis Andrew bersama kedua bandnya, Something Corporate dan Jack's Mannequin. Rupanya Dean benar-benar berniat menjadi Andrew.

Dean pergi ke garasi dan menuju mobilnya. Sambil menstater mobil, Dean mencoba mengingat nomor Cellullar Phone milik Sam. Lalu mulai menghubungi nomor tersebut dari PDA-nya namun ternyata nomor tersebut sudah tidak aktif lagi.

Tiba-tiba Dean teringat pada Bobby yang sudah seperti ayahnya sendiri. Oleh karena Dean sulit sekali untuk mengingat nomor Cellullar Phone Bobby, maka ia memutuskan untuk pergi ke Auto Salvage Yard di South Dakota dimana Bobby bermukim. Dean membuka peta USA di PDA-nya. Saat ini Dean sedang berada di Arizona yang berarti bahwa ia harus melewati negara bagian Utah lalu ke Wyoming, tempat dimana ia meninggalkan Colt yang masih berada di kantong celana jeans Jack. Dean berharap agar belum ada yang menemukan Colt itu sebelum dirinya tiba disana. Benar-benar perjalanan yang panjang menuju South Dakota. Kali ini Dean sedang tidak ingin memutar lagu-lagu rock jadul. Ia lebih memilih untuk memutar CD Jack's Mannequin untuk menemani perjalanannya.

******

Sesampainya di Wyoming, Dean langsung menuju semak-semak di tepi hutan Grand Teton di mana mayat Jack berada. Untungnya Colt masih berada di dalam kantung celana jeans Jack. Dean menguburkan mayat Jack di bawah pohon Oak setelah mengambil Colt. Lalu Dean kembali ngebut dengan Mercy-nya sambil mendengarkan lagu-lagu Andrew McMahon.

******

Sesampainya di rumah Bobby...

Tok... tok...t ok... Dean mengetuk pintu rumah Bobby.

Bobby membukakan pintu dan sosok Dean yang asing membuatnya mengerutkan kening. Sebelum sempat Bobby membuka mulut, Dean sudah angkat bicara.

"Bobby, aku Dean," pernyataan Dean tersebut membuat Bobby terlonjak kaget. Lalu Bobby mengejap-ngejapkan matanya kemudian memandang Dean dari atas ke bawah dengan seksama. Tiba-tiba Bobby melangkah mundur dan langsung berlari ke dalam rumahnya.

"Bobby, aku memang sudah mati, tapi ada seseorang yang membuka Devil's Gate di Wyoming. Aku berhasil membebaskan diri dari neraka lewat Devil's Gate. Aku telah merasuki tubuh ini yang kaulihat ini," kata Dean mencoba meyakinkan Bobby.

Bobby tidak dapat menyembunyikan keterkejutan yang jelas-jelas terlihat dari raut wajahnya. Dean melangkah masuk menghampiri Bobby, namun sayangnya Dean lupa bahwa ada Devil's Trap didalam rumah Bobby. Dean baru menyadari ia masuk Devil's Trap ketika tiba-tiba tubuhnya tak mampu bergerak maju.

"Bobby, please bebaskan aku dari Devil's Trap ini. Aku ini benar-benar Dean," kata Dean dengan nada memelas.

Namun Bobby tidak bergeming. Ia menghampiri Dean dan menyiramkan air suci ke tubuh yang dirasuki Dean.

"AAAAARGH," Dean menjerit kesakitan.

Dean mendongakkan lehernya dan menatap lingkaran The Fifth Pentacle of Mars yang tepat berada diatas kepalanya. Sementara itu, Bobby terus memandang Dean yang terperangkap di tengah lingkaran The Grand Pentacle dengan tatapan curiga. Ia berjalan mengelilingi Dean sambil terus menyiramkan air suci. Dean berteriak kencang, namun Bobby tetap tidak menghiraukan jeritan Dean.

Dalam keadaan terjepit seperti itu, tanpa sadar Dean mengangkat tangannya untuk melindungi dirinya dari air suci yang terus disiramkan oleh Bobby. Tak disangka-sangka, tiba-tiba lingkaran The Fifth Pentacle  yang terdapat di langit-langit rumah Bobby pecah dan retak. Salah satu retakan menimpa kepala Bobby. Bobby jatuh tak sadarkan diri. Darah segar mengucur dari pelipisnya.

Dean terpana menyaksikan peristiwa tersebut. Dean sama sekali tidak menyadari kekuatan yang ternyata dimilikinya sejak ia keluar dari neraka. Sayangnya, kekuatan tersebut tanpa sengaja telah mencelakakan Bobby.

Dean menekan tombol 911 di PDA-nya.

"Tolong kirimkan ambulans secepatnya di alamat Auto Salvage Yard 4410, South Dakota. Terima kasih."

"Maafkan aku, Bobby. Tapi aku harus segera bertemu dengan Sam," kata Dean dengan penuh penyesalan.

Bayangan Sam berkelebat dalam benak Dean. Snap! Dean menjentikkan jari dan seketika itu juga ...

POOF!

Dean menghilang.

******

TAMAN SOCO
BEBERAPA DETIK SETELAH DEAN BERANJAK DARI RUMAH BOBBY

Angin kencang sekonyong-konyong menerpa Taman Soco. Hembusannya cukup kencang sehingga daun-daun pohon oak berguguran dan terbang ke segala penjuru. Batang pohon-pohon oak yang tertanam di taman itu sampai bergoyang-goyang karena kuatnya terpaan angin tersebut.

BLUK! Jatuhlah Dean tepat diatas sebuah dahan pohon oak. Sejenak ia tampak linglung. Belum sempat Dean sepenuhnya menyadari posisinya di ujung dahan, tiba-tiba ia merasa pijakannya melemah dan brukkk... tubuh Dean langsung terbanting ke hamparan rumput dibawah pohon oak. Rupanya dahan pohon oak yang dipijaknya tak mampu menahan berat tubuhnya.

Dean bangkit dari tempatnya terjatuh. Matanya menatap ke sekeliling dan tersentak saat seorang wanita cantik bergaun merah berdiri dihadapannya dan melihatnya dengan tatapan kagum. Ia memandangi Dean yang baru saja terjatuh dari pohon oak. Kemudian wanita itu menghampiri Dean sambil mengeluarkan selembar kertas dari tasnya

"Andrew, boleh aku minta tanda tanganmu?" tanya wanita itu seraya menyodorkan selembar kertas yang ternyata merupakan poster Andrew bersama Jack's Mannequin.

Dean memperhatikan wanita yang menyapanya tersebut. Hmm, wanita ini cukup menarik. Sepasang mata hitamnya berpadu dengan rambut ikalnya yang juga berwarna hitam. Warna kulitnya terlihat sangat eksotik. Sesaat Dean terhenyak mendengar permintaan wanita itu. Untungnya ia segera menyadari status barunya sebagai selebriti. Lalu Dean mengambil spidol yang disodorkan padanya dan menandatangani poster tersebut.

"ANDREW! ANDREW!"

Tiba-tiba Dean dikejutkan oleh jeritan-jeritan histeris dari para gadis. Spontan Dean menoleh ke arah sumber jeritan tersebut. Betapa kagetnya Dean melihat puluhan gadis remaja berlari ke arahnya dan meneriakkan nama orang yang dirasukinya.

"ANDREW! ANDREW!  ANDREW!" histeria itu membuat Dean merinding. Segera saja ia menyerahkan poster yang telah selesai ditandatanganinya pada wanita di depannya. Baru saja Dean akan mengambil langkah seribu, namun Dean kalah cepat karena para penggemar yang meneriakkan namanya itu sudah mengerubutinya. Semuanya berebut minta foto bareng, tandatangan dan ciuman darinya.

"Whoa! Whoa! Easy, Ladies!" Dean akhirnya meladeni satu persatu permintaan para fansnya sambil memutar otak untuk keluar dari situasi ini. Ternyata punya banyak fans memang sangat menyenangkan, tapi juga melelahkan, kata Dean dalam hati. Dean memang sudah biasa menghadapi para wanita. Namun kejadian dikerubungi para gadis ini membuat Dean berpikir 100 kali lagi untuk tetap bertahan dalam tubuh Andrew.

Dean diam sejenak karena teringat sesuatu yang sangat penting. Ya, aku berhasil berpindah tempat dalam waktu singkat. Sesaat yang lalu aku masih berada di rumah Bobby lalu sekarang aku telah berada di taman ini. Seingatku tadi aku sedang memikirkan Sam, tapi mengapa bisa tersasar ke taman ini? Apa mungkin Sam sedang berada di sini? Benak Dean dipenuhi oleh berbagai pertanyaan. Dean mengedarkan pandangan ke sekeliling taman, namun Sam tak terlihat di mana pun. Piuff, sepertinya aku perlu mengasah kemampuan demon-ku ini. Lagi pula aku tak mungkin menghilang dalam situasi di tengah-tengah para penggemar seperti ini, pikir Dean lagi.

Dean pun melanjutkan meladeni permintaan salah seorang fansnya untuk berfoto bersama. Saat itulah, pandangan Dean tertuju pada penjual burger keliling yang sedang berjualan di pinggir taman. Air liur Dean hampir menetes melihatnya. Kebetulan seorang pria tampan dengan rambut pirang berjambul yang sedang berjalan melewatinya. Tanpa pikir panjang, Dean tak membuang waktu lagi untuk berpindah ke tubuh pria tersebut.

Dean yang telah berpindah di tubuh barunya langsung membeli beef burger dengan extra onions. Sambil makan, Dean menoleh sejenak ke arah Andrew yang masih kebingungan di tengah kerumunan penggemarnya. Selesai menghabiskan burgernya, Dean menghilang dibalik batang pohon oak terbesar di taman itu. Dean dapat merasakan atom-atom jiwanya melebur dan terbang ke udara menuju ke tempat Sam berada.

******

Dalam sekejap Dean telah berada dalam sebuah kamar mandi. Ia melangkahkan kakinya dan ...

GUBRAK! Kakinya terpeleset genangan air yang masih tersisa di lantai kamar mandi. Bunyi yang keras itu membuat seorang pria yang kebetulan sedang berada di luar kamar mandi spontan berjalan mendekati kamar mandi yang sedang ditempati Dean dan membuka pintunya.

"SAM!" pekik Dean yang segera memeluk tubuh Sam erat-erat. Rupanya Dean lupa bahwa ia berada dalam tubuh yang tidak dikenal Sam.

Sam buru-buru melepaskan pelukan Dean. Wajah Sam memperlihatkan ekspresi keterkejutan yang amat sangat.

"Siapa kamu?" tanya Sam heran.

"Aku ini Dean, Sammy," jawab Dean antusias.

"APAAA?" pekik Sam tidak mengerti. Rupanya Sam benar-benar terperanjat mendengarnya. Spontan ia mundur menjauhi Dean. Sam menatap Dean tajam.

"Sammy, aku berhasil membebaskan diri dari neraka," papar Dean mencoba meyakinkan Sam.

"Oho, jadi kau ini demon sekarang, Dean? Sulit dipercaya!" hardik Sam  sambil memandangi Dean dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kening Sam berkerut menandakan ia tak mempercayai pernyataan Dean barusan.

"Sammy, dulu kamu benci sekali nama panggilan itu karena mengingatkanmu pada tubuhmu yang chubby saat masih berumur 12 tahun," tutur Dean yakin.

Sam terhenyak mendengar pernyataan itu sebab hanya Dean seorang yang mengetahui hal tersebut. Hampir saja Sam mempercayai Dean namun diurungkannya.  Sam belum bisa mempercayai Dean begitu saja sebab mungkin saja hanya akal-akalan Demon licik yang menyamar jadi Dean.

"Kalau kau ini benar-benar Dean, coba jawab pertanyaanku!" tantang Sam.

"Go a head, Sammy," Dean menimpali.

"Apa yang mendiang ibu katakan padamu saat ia menidurkanmu dulu?" tanya Sam.

"Angels were watching over us," jawab Dean cepat.

"Darimana kamu mendapatkan kalung yang selalu kamu pakai itu?"

"Kalung brass amulet itu hadiah natal darimu 16 tahun yang lalu. Kamu memberikannya padaku karena ayah tak pulang kerumah saat natal."

"Alright...j**k! Tampaknya kamu memang benar-benar Dean."

"B***h!"

Dua bersaudara itu langsung berpelukan dengan erat. Mata Sam berkaca-kaca melukiskan kebahagiaan karena bisa bertemu lagi dengan sang kakak tercinta.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar