Kamis, 17 Desember 2009

Fic: Menjelang Tujuh Belasan

Author: Nenok_cuantik
Genre: Humor
Rating: T
Warning: Self Insert.
Sinopsis : Nenok meminta bantuan Sam dan Dean, agar membantunya memenangkan Olympiade Tujuh Belasan. Banyak cowok cakep bertebaran mulai dari Matt Damon, Indra L. Brugman. Bahkan Tom Cruise juga ada. Ada juga Mr.K2, siapa tuh? Huh? Monggo dibaca ya…..


17 Agustus tahun '45 … itulah hari kemerdekaan kita.

Lagu tujuh belasan terdengar merdu dari radio butut Pak RT. Lagu ini selalu ramai terdengar saat menjelang tanggal 17 tepatnya bulan Agustus. Dari judulnya saja sudah terlihat "17 Agustus" gitu lho! Lah padahal judul aslinya "Hari Merdeka" tapi dari jaman Mbah Karno, Mbah Harto, Mbah Dur dan mbah-mbah yang lain, judul yang dikenal adalah "17 Agustus".

Iringan lagu ini membuat semangat  remaja yang saat ini berkumpul di Desa Krajan RT 5, RW 3, 10 nomor rumahku (lagu dangdut, neh). Mereka saat ini sedang membahas dan berdiskusi seru menyambut  tujuh belasan. Kira-kira lomba apa yang akan dilaksanakan, dan terlebih lagi menyusun kekuatan dan strategi agar menang di Olympiade Tujuh Belasan yang akan diadakan Kelurahan Beji, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, Jateng. Mereka menyusun kekuatan agar sang saka merah putih dapat berkibar di kelurahan tetangga, dan nama kelurahan Krajan akan harum di mata kelurahan yang lain. Padahal tanpa ke kelurahan tetangga pun sang saka merah putih sudah berkibar di mana-mana, dasar RW-isme berlebihan.


“Non...jatahmu ntar jadi pom-pom girl ya!”sahut Mas Djarot Sastrodimejo yang ngaku-ngaku masih satu trah sama Dian Sastrowardoyo, mentang-mentang namanya sama-sama Sastro dan memang orangnya sastro tenan (dalam bahasa jawa biasanya sastro itu agak gila).

“Lah, Mas aku kan baru pulang dari Amrik, mana bisa aku buat pom-pom Jawa,” jawab seorang gadis yang super manis,wajahnya jan Jowo pisan dan ayu tenan. Kalau kata Changcuters idola semua wanita, yang ini adalah idola semua pria. Lihat saja FS-nya isinya cowok semua. Dialah Nenok.

“Maksudku…kamu jadi maskot kita!” jawab Mas Sastro ngotot.

“Lah…opo maneh maskot, Mas… harga diriku turun ntar,” jawab Nenok tak mau kalah.

“Bukan gitu, nduk (gadis) cantik, mbak ayu sing (yang) ayu tenan (banget),” kata Mas Sastro merayu, sambil ngedipin sebelah matanya, “kamu kan baru pulang dari Amrik, kalau kamu jadi maskot kan kebanggaan buat desa kita… sekalipun kita ndeso pelosok tapi punya produk impor gitu lho,” jelas Mas Sastro panjang x lebar x tinggi.

“Oke deh, Mas demi kelurahan kita… maju tak gementar deh!” pekik Nenok semangat.

Nah, masalah maskot sudah terselesaikan. Tapi Mas Sastro punya masalah baru. Untuk beberapa sektor olympiade saat ini desa Krajan kekurangan orang. Para pemudanya sudah diplot untuk kegiatan yang lain. Si Paijo udah olahraga lari sarung, Sumaker balap formula karung, yang lainnya udah tergabung di Krajan United buat main bola daster. Lah untuk voli durian, makan kerupuk, memasukan pensil dalam botol, apalagi panjat pinang bener-bener gak ada orang.

“Maaf pak ketua… interupsi,” kata seorang lelaki yang saat ini memakai kacamata tebal, yang mana gak ke mana-mana hanya berada di depan laptopnya. Dialah LG. Wuih, kelihatannya keren banget namanya… padahal dia diberi nama itu karena waktu lahir bapaknya baru saja lunasin TV LG di kantor pos, setelah nyicil 3 tahun.

“Ya, ada apa mas LG,” jawab pak ketua sok bijaksana.

“Begini pak ketua… menurut data yang saya ambil dari olympiadebeji.com. ada beberapa jadwal pertandingan yang tidak saling bertabrakan. Jadi kita bisa gunakan atlet yang tidak bertanding hari itu untuk bertanding di event yang lain… singkat kata merangkap,” jelas LG.

“Wah, tidak bisa begitu... bagaimanapun ini olympiade jadi atlitnya harus profesional, hanya panjat pinang yang atletnya boleh dirangkap,” jawab Mas Sastro sok diplomatis. “Tapi sekalipun diizinkan merangkap... tetep saja kita kekurangan orang,” lanjut Mas Sastro nyengir.

“Begini saja, bagaimana kalau panggil bala bantuan dari luar,” kata Nenok berusaha memecahkan masalah.

“Tapi mau diambil di mana, jeng ayu? Wong semua atlet sudah belain desanya masing-masing,” jawab Mas Sastro manis: merayu dot com. lagi.

“Kalau temenku dari Amrik, gimana, Mas… kebetulan mereka lagi gak ada kerjaan, bayarannya murah lagi. Cukup tiket pulang-pergi Indonesia-Amerika plus akomodasi dan uang saku, sama makan minum sepuasnya,” jawab Nenok nyengir.

“Lah diajeng (jeng) ini piye tho… apalagi orang Amerika tambah ndak mungkin itu nyalahi aturan nasionalisasi,” kata Mas Sastro yang kelihatannya naksir Nenok, karena dari tadi kalau ngomong pakai kata-kata merayu, yang jeng ayu-lah, mbak ayu-lah, diajeng-lah, sekalipun Nenok memang ayu, sih. Sayang wajah sama bodi Mas Sastro cuma kayak Indra L.Brugman, coba kayak Christian Bale sudah diembat tuh dari tadi sama Nenok.

“Justru itu, Mas kita bisa naturalisasi mereka jadi warga kita,” usul Nenok cerdas. Ya jelas cerdas, dong. Nenok lulusan Amerika, gitu lho.

“Caranya?” tanya Mas Sastro tanpa embel-embel den ayu, jeng ayu, dll.

“Gampang, Mas, lah bapaknya Paimin kan ketua RT, bapaknya Jupri ketua RW, bapaknya pembalap kita Mas Sumaker kepala kelurahan, bapakmu pak camat. Jadi deh KTP,” jelas Nenok yang pengalaman bikin KTP bolak-balik.

“Wah, Nduk... ndak sia-sia ya kamu sekolah di Amerika, ternyata otakmu encer juga,” kata Mas Sastro memuji.

Padahal kalau urusan beginian, sih bawaan lahir, nggak perlu jauh-jauh ke Amerika, kali. Buat Nenok, belajar bajak membajak cukup di Indonesia saja. Karena inilah tempat merdeka. Merdeka buat membajak kerbau di sawah.

Lalu rapat pun diselesaikan dengan keputusan memanggil atlet dari luar negeri.

888

HP Nenok yang super gres baru aja keluar dari kotaknya tiba-tiba berbunyi. Ringtone-nya apalagi kalau bukan lagu "Tujuh Belas Agustus".

“Hello, Nenok Cuantik speaking.” Sok gaya pakai English mentang-mentang baru pulang dari Amerika.

“What?” kata seseorang di seberang sana. “Bisakah kau tidak mengikuti jejak narsisnya Dean?” katanya lagi

“Sam….” jawab Nenok.

“Iya, ini Sam. By the way, aku sudah sampai di Jakarta, sebentar lagi aku terbang ke Semarang, so jemput aku di Ahmad Yani ya!” kata Sam beruntun sekalipun nggak sepanjang rel kereta api.

“Siap!” jawab Nenok semangat 2008, kalau semangat '45 Nenok belum lahir, tuh.

Setelah menutup HP-nya, Nenok segera bergegas mempersiapkan diri untuk menjemput Sam. Diambilnya kunci mobil kesayangannya Toyota Vios 2003, lalu masuklah dia dalam mobilnya. Distaternya mobil itu. Dilihatnya speedometer yang mirip kokpit pesawat terbang, padahal kokpit pesawat kayak apa saja Nenok belum tahu, ternyata bensinya masih ada dan cukup untuk pergi ke Semarang, cukup lima liter buat pulang-pergi Ungaran-Semarang. Asal tahu saja, nih mobil iritnya bukan main 1 liter buat 13 km. Mantap, dah. Makanya Nenok cinta banget sama mobil ini. Tapi kalau misal Vios-nya nggak ada bensinnya, plan B-nya Nenok adalah nyolong Nissan Terano bapaknya, karena biasanya nih mobil bensinnya always full.

Jarak pergi ke Semarang dari desa Nenok cukup 30 menit pakai mobil, kalau macet 45 menit, 10 menit naik motornya Valentino Rossi.

Setibanya di bandara Nenok menunggu kedatangan Sam. Saat layar monitor menandakan bahwa pesawat yang ditumpangi Sam telah mendarat, Nenok buru-buru ke pintu kedatangan. Jadilah ia menunggu di situ.

Dari pintu kedatangan keluarlah seorang pria yang tinggi besar, rambut kecoklatan pirang dan sedikit berombak, wajahnya mirip Jared Padalecki.

“Sam, sini,” kata Nenok memanggil Sam.

Sam yang menyadari hal itu tersenyum melihat Nenok.

“Tapi di mana Dean?” pikir Nenok. “Apa dia tidak ikut ya?” pikirnya lagi. “Aduh Dean tayang nggak kangen, neh sama akika,”pikirnya lanjut terus tanjung kimpul.

Saat itu Sam masih berjalan ditengah-tengah kerumunan. Saat kerumunan itu berangsur-angsur mulai memudar, terjawab sudah pertanyaan Nenok.

“Sam… ap... a... yang kau... lakukan?” tanya Nenok tak percaya

“Maaf… aku tak punya pilihan lain,” jawab Sam nyengir.

Sam ternyata tadi berjalan sembari mendorong troli. Dan Dean, kakak Sam yang super tampan, super narsis dan punya wajah mirip Jensen Ackles sedang tertidur pulas di troli.

“Aku terpaksa menitipkannya di bagian bagasi pesawat karena sangat susah membawanya masuk ke bagian penumpang,” jelas Sam tanpa merasa bersalah. “Kau tahu, kan Dean susah sekali kalau diajak naik pesawat,” jelasnya lagi.

“Kaumasukkan dia ke bagasi pesawat?” tanya Nenok tak percaya.

“Iya. Kenapa?” tanya Sam tanpa merasa bersalah.

“Seharusnya ngomong dari kemarin, Sam. Kan tiket barang di bagasi lebih murah… jadi bisa ngirit,” jelas Nenok.

“Iya, deh… maaf, ya. Sudah, besok kalau pulang saja beliin tiket bagasi buat Dean ya,” jawab Sam tenang.

“By the way, berapa kilogram kaumasukkan obat tidur untuknya?” tanya Nenok penasaran.

“Kelihatannya lebih sedikit dari resep yang kauberikan padaku,” jawab Sam nyengir.

Akhirnya Nenok menyerah lalu membawa mereka ke mobilnya.

“Cool car,” kata Sam spontan.

“Ah… biasa saja,” kata Nenok padahal hatinya udah melambung tinggi terbang jauh bersama mimpi…(kayak lagunya Anggun saja).

“Sudah sejak dulu aku ingin agar Dean membeli mobil model terbaru, tapi dia terlalu Implis,” kata Sam sedikit sewot.

"Implis, apa itu?" tanya Nenok.

“Impala-isme,” jawab Sam.

Lalu mereka berdua pun tertawa dan melanjutkan perjalanan ke desa Nenok. Lagu "Have A Nice Day" Bon Jovi terdengar nyaring dalam Vios Nenok. Mereka tidak menyadari kalau Dean di bagasi belakang sudah mulai sadar.

Sesampainya di rumah, Nenok membuka bagasi mobilnya.

“Apa yang kalian lakukan padaku?“ teriak Dean.

Sam dan Nenok saling menatap.

“Kau dengar suara, Nok?” tanya Sam pada Nenok polos.

“Ada suara ya?” tanya Nenok pada Sam sama polosnya.

“Kalian berdua!” jerit Dean nyaring senyaring suara bebek.

Lalu...

“Ampun, Dean!" teriak Nenok dan Sam bersamaan karena Dean menjewer kuping mereka berdua seraya keluar dari bagasi mobil Nenok.

888

Akhirnya untuk meredakan amarah Dean, terpaksa, deh Nenok muter-muterin Dean di Alun-alun Ungaran naik delman istimewa kududuk dimuka. Di Alun-alun Ungaran Dean benar-benar menunjukan keperkasaannya. Balas dendam Dean diluncurkan. Dean mencoba semua makanan yang dijual di alun-alun, dari sate kambing Pak Mitro, nasi goreng Jaikem, ayam goreng Pak Subar, bebek goreng Pak Gendut, semua dimakan Dean. Tinggal Nenok nangis-nangis, deh karena uang sakunya selama seminggu habis dalam satu hari gara-gara Dean. Si Sam dihukum Dean nggak boleh makan sama sekali.

“Ini orang manusia apa sundel bolong, sih?” pikir Nenok dalam hati karena Dean makan melulu and nggak kenyang-kenyang.

“Tahu rasa kalian, balas dendam lebih menyenangkan daripada pembunuhan!!” kata Dean sembari melahap nasi dan sambel terasi.

“Andai saja di sini ada yang jual sayur jengkol,” umpat Nenok lirih.

“Memangnya kenapa dengan jengkol?” tanya Sam tak kalah lirihnya.

“Karena itu makanan paling bau sedunia. Kalau Dean makan, jaminan mutu dari BPOM, nggak bakalan ada cewek yang mau deketin dia selama berhari-hari,” jelas Nenok. “Kalau nggak ada cewek, menderitalah Dean,” lanjut Nenok penuh kelicikan.

“Kalau begitu, ayo kita buat sayur jengkol,” jawab Sam mengamini.

“Oe... apa yang kalian rencanakan?” kata Dean dengan mulutnya yang masih penuh sate kambing.

“Nggak, kok…Iya, kan, Nok,” ucap Sam salting.

Eh, si Nenok malah nyengir.

Singkat cerita, setelah Dean puas makan di alun-alun and menghabiskan duit Nenok, mereka kembali lagi ke Desa Krajan. Di Desa krajan, seperti biasa remaja di sana kumpul di rumah pak RT, agenda kegiatan malam ini adalah perkenalan atlet baru dari amrik. Atlit tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Sam dan Dean Winchester.
Nenok pun kemudian memperkenalkan mereka pada pak ketua tim olympiade Beji.

“Mas, ini atlet yang aku janjikan. Gimana? Maknyus kan?” kata Nenok promosi.

“Walah, Dik. Pilihanmu memang mantep (top) tenan (banget),” kata Mas Sastro. “Lah wong gentenge yo sama kayak aku,”lanjut Mas Sastro narsis.

Batin Nenok berkata, “Jah, narsis amat, mungkin ini orang punya prinsip. tak ada rotan akar pun jadi. Tak ada Jensen, Indra Brugman pun jadi.”

Lalu Mas Sastro pun memperkenalkan diri pada Dean dan Sam. Jangan heran, sebagai ketua tim sekalipun rada sastro (gila) tapi dia orang yang profesional. Bahasa Inggrisnya yahud karena lulusan sastra Undip (universitas dipelototin) Semarang. Belum ada dua menit kenalan, Mas Sastro sudah sok kenal sok dekat sama Dean and Sam. Belum apa-apa Mas Sastro udah ngenalin seseorang.

“Ini cewek cakep, kan?” kata Mas Sastro sembari memperlihatkan foto seorang cewek yang ada di HP-nya kepada Dean dan Sam.

Lah si Sam, sih cuek aja. Baginya Nenok lebih cantik. Tapi si Dean langsung nyosor.

“Cantik…siapa, nih?” tanya Dean penasaran dan percayalah, matanya berbinar-binar cemerlang kayak abis dicuci sama Rinso.

“Yah, sebenarnya aku sama dia masih satu trah keturunan gitu… kita berdua sempat dijodohkan… tapi aku nolak,” kata Mas Sastro menyombongkan diri. “Namanya Dian Sastrowardoyo… sepupu jauh pakai banget gitu ma aku, Djarot Sastrodimejo,” lanjut Mas Sastro pede.

Jelas saja Dean sama Sam percaya sama gombalannya. Lah wong di Amerika mereka nggak kenal siapa itu Dian Sastrowardoyo.

“Cewek cantik kenapa ditolak, Tro?” tanya Dean tak percaya pada Mas Sastro.

“Soalnya hatiku telah jatuh pada wanita lain, aku tak bisa main hati, apa lagi pindah ke lain hati, sekalipun aku bukan superstar,” kata Mas Sastro sembari melirik Nenok tanpa malu-malu kucing.

Si Nenok buru-buru ngumpet di belakang bodi Sam.

Dean pun spontan melihat Nenok dengan killing eyes-nya.

“Mampus aku!”

Si Dean pasti tak percaya kenapa Mas Sastro lebih memilih Nenok daripada Dian Sastro, tapi lebih tepatnya si Dean cemburu berat. Tapi bukan salah Nenok, karena si Nenok memang lebih cakep dari Dian Sastrowardoyo.

Tiba-tiba LG berlari mendekati mereka. Dengan tergopoh-gopoh dan terengah-engah ia mulai bicara.

“Lapor, pak ketua… ada keadaan mendesak.”

“Ada apa, saudara LG? Apakah engkau baik-baik saja?” jawab pak ketua sok baku.

“Tidak apa-apa, pak ketua. Ndalem (saya) mboten (tidak) kenapa-kenapa,” jawab LG.

“Masalahnya kita ada masalah, pak ketua. Si Sumaker tiba-tiba sakit muntaber gara-gara nyobain pizza, jadi kelihatannya dia ndak bisa ikut lomba balap formula,” jelas LG runtut.

“Apa? Ini ACCIDENT buat kita!” pekik Mas Sastro, tak kalah serunya sama pekik MERDEKA!

Perlu dicatat, Sumaker adalah pembalap formula karung nomor wahid dan sudah dikenal di dunia pembalap. Tinggal sebut namanya saja orang pasti udah keder duluan melawan dia. Sumaker adalah harapan satu-satunya Krajan untuk mendapatkan emas. Kalau sampai Sumaker tak bisa tampil, ini bisa jadi bencana untuk Desa Krajan.

“Kalau begini cuma Dean atau Sam yang bisa gantiin karena cuma mereka yang belum diplot masuk daftar cabang lomba,” kata Mas Sastro serius.

“Tapi mereka belum punya pengalaman balapan,” tanya LG khawatir.

“Tidak masalah! Suruh Sumaker melatih mereka, sekalipun muntaber tapi Sumaker pasti bisa melatih mereka,” jawab Mas Sastro serius, padahal sebenarnya dia juga ingin tahu rahasia Sumaker. Kenapa Sumaker begitu berjaya di ranah balap formula karung.

Akhirnya mereka menemui Mas Sumaker. Dia sebenarnya tidak ingin mengatakan rahasia kesuksesannya. Tapi mau bagaimana lagi, demi nusa dan bangsa dia rela berkorban. MERDEKA!

Lalu mereka mengikuti ke tempat latihannya. Tapi Nenok curiga karena jalan yang mereka lalui bukan ke arah sirkuit jipang, melainkan ke….

“Mas Chumy (panggilan gaul Sumaker), kita mau ke mana?” tanya Nenok takut-takut.

“Mau ke kuburan, Jeng…” jawab Mas Chumy sabar, sekalipun pakai "jeng" tapi tak ada nada merayu dalam katanya, tapi yang ada adalah nada hormat. Nggak kayak Mas Sastro.

Karena Mas Chumy yang seperti inilah Nenok suka padanya. Orangnya sabar dan baik, lagian sekalipun wajahnya pas-pasan kayak Matt Damon tapi orangnya simpatik.

“Loh, kok ke kuburan, Mas?” tanya Nenok mengkeret sembari mencengkram lengan Mas Chumy.

“Soalnya rahasia Mas ada di situ, Jeng ayu,” jawab Mas Chumy sambil mengenggam erat jemari Nenok yang menempel kayak cumi-cumi di lengan Mas Chumy.

Dean, Sam, Mas Sastro yang melihat ini kaget kegerahan. Mungkin mereka cemburu sama kelakuan Nenok yang lengket-lengketan ke Mas Chumy.

Akhirnya sampailah mereka di kuburan. Nenok tambah mengkeret kuadrat. Wajahnya pucat pakai pasi.

“Tunggu ya, Dik Nenok. Tunggu di sini dulu, Mas masuk lebih dalam,” kata Mas Chumy.

Sekalipun Nenok takut bukan main tapi mendengar Mas Chumy ngomong dengan penuh kasih sayang Nenok jadi sumingrah.

Mas Chumy pun lalu masuk ke dalam kuburan. Tinggallah Dean, Sam, Mas Sastro di gerbang kuburan.

“Kamu ini kenapa sih? Kan kamu sering ke kuburan waktu di Amerika sama aku dan Sam?” tanya Dean kesel karena cemburu.

Dulu Nenok sering ikut berburu demon sama Sam and Dean waktu di Amerika, biasanya Nenok paling depan kalau disuruh masuk kuburan Amerika. Terus terang kuburan Amerika keren-keren, lah kuburan Indonesia apa lagi yang di desa, hi…

“Kalau kuburan Amerika aku nggak takut, Dean... tapi... kalau... kuburan... Jawa... lain ceritanya, Dean…” jawab Nenok mengkeret dan semakin mengkeret waktu lihat Mas Chumy datang bersama putih-putih di belakangnya.

“Hua… Dean!” teriak Nenok sambil memeluk Dean. Nenok nggak peduli sekalipun jaket Dean baunya bukan main karena sudah dua bulan nggak dicuci.

“Dean, ayo pergi dari sini… nggak menang balapan juga nggak apa-apa... Dean!” teriak Nenok histeris.

“Memangnya kenapa? Kamu kenapa?” tanya Dean khawatir sembari memeluk Nenok yang harum bau parfum Davidoff Coolwater.

“Itu... itu yang dibawa Mas Sastro… Hua... nggak mau lihat aku... Dean!” jerit Nenok dalam pelukan Dean yang makin histeris.

“Memangnya itu apa?” tanya Dean yang masih bingung.

“Itu demon…Dean!” jawab Nenok histeris.

“Demon? Aku belum pernah lihat demon yang seperti itu,” kata Sam polos yang berdiri di samping Dean. “Bukankah kau juga sering lihat demon, tapi kenapa kamu sekarang takut?” tanya Sam heran.

“Aku tidak takut red, white, yellow eyed demon ataupun whatever-eyed demon lain yang warna matanya kayak Power Rangers itu. Tapi kalau yang ini… aku alergi,” jawab Nenok.

“Itu pocong!” kata Mas Sastro setelah sadar dari syoknya.

“Apa? Pocong?” tanya Sam dan Dean heran.

“Kalau kamu takut, apa perlu kuhabisi mahluk itu dengan garam?” kata Dean pada Nenok dengan penuh kasih sayang. Sekalipun kadang Dean jahil, jahat, playboy tapi sebenarnya dia adalah orang yang penuh kasih sayang, apalagi sama Nenok dia sayang banget.

“Tidak, tidak perlu. Mereka temanku. Ini Mr. Kamis dan ini Mr. Kliwon,” kata Mas Chumy mengenalkan kedua soulmate-nya.

“Hai, Mr. Kamis dan Mr. Kliwon. Aku Dean dan ini Sam. Sayang sekali ya kita tak bisa berjabat tangan,” jawab Dean nyengir. Si Kamis sama Kliwon juga ikutan nyengir.

“Apa kau tak mau kenalan juga sama mereka, Nenok darling? Tampang mereka lumayan, lho kalau ulat di sekitar wajah mereka dibersihkan,” tanya Dean jahil sambil menundukkan wajahnya melihat Nenok yang makin kencang memeluknya. “Mungkin kayak... Tom Cruise,” katanya lagi sambil cekikikan.

Si Nenok bukannya tenang malah tambah histeris. Si Sam masih melihat soulmate-nya Mas Chumy di depannya.

“Cool demon,” kata Sam dan buru-buru dia menulis jenis demon ini di notes bapaknya.

“Nggak apa-apa kok, Dik Nenok, mereka baik, lho,” kata Mas Chumy membesarkan hati Nenok.

Sekalipun Mas Chumy baik hati dan Nenok sempat tertarik padanya, tapi kalau soulmate-nya pocong... nanti dulu, deh!

“Selama ini aku menang terus karena aku berlatih balap karung sama kedua temanku ini dan mereka mengajariku jurus-jurus rahasia lompatan,” jelas Mas Chumy santai.

Mas Sastro cuma bisa-bisa geleng-geleng kepala. Siapa juga yang bisa mengalahkan lompatan pocong? Kalau dia bisa maka dia hebat dan Chumy-lah hasil nyatanya.

Itulah rahasia Mas Chumy selama ini. So, jadilah Dean dan Sam tiap malam berlatih dengan Mr. Kamis dan Mr. Kliwon, yang kalau bahasa gaulnya adalah Mr.K2. Nenok tentu saja tidak mau ikut… ALERGI.

Note :
Di suatu siang di bawah pohon kamboja Dean mencoba merayu Nenok sebelum Nenok dirayu sama Sastrodimejo, karena selama ini cuma Nenok satu-satunya cewek di dunia yang mau mentraktir dia makan sepuasnya.

“Tahu nggak?” tanya Dean.

“Nggak. Apaan?” tanya Nenok.

“Mr. K2 baik, lho…” kata Dean.

“Kok bisa?” tanya Nenok.

“Setiap malam Jumat kalau kita latihan dia bagi-bagi ingkung ayam sama kita. Baru tahu aku kalau ingkung ayam enak,” jawab Dean nyengir.

Dean belum tahu saja kalau ingkung itu sesajen orang-orang yang mau menanyakan nomor buntut. Mana Mr. K2 doyan, wong doyannya kembang sama kemenyan.

“Lebih bagus lagi kalau kamu datang sambil bawa nasi urap sama sambel goreng ati,” lanjut Dean merayu.

“Ya Allah, berilah hambamu ini kesabaran dan ketabahan… Amin,” ucap Nenok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar