Author: baladewa89
Genre: drama-action
Rating: M
Cast : Sam Winchester, Dean Winchester, Yellow Eyed Demon
Author's note: ini salah satu fic yang aku ceritain. Sorry kalau terlalu pendek dan mungkin kurang nendang. Cuma lagi pusing jadi coba nulis ini. Moga aja menghibur.
Sebuah Impala berjalan dengan santai di dataran Wisconsin. Di dalamnya duduk dengan tenang dua orang pemuda, Dean dan Sam Winchester. Dean mengendarai mobilnya pelan sambil melihat sang adik memegangi sebuah kalung hati berwarna perak.
“Sam, aku rasa ini saat yang tepat bagimu untuk mulai melupakan dia,” ucap Dean.
“Jessica tidak untuk dilupakan Dean,” jawab Sam lirih.
“Tapi tak berarti kau harus mengenangnya setiap waktu. Kau setuju atau tidak, kau harus akui dia telah meninggalkanmu,” bantah Dean cepat.
“Bukankah kau juga terus memegang jam dari Dad? Kau juga mengenangnya setiap waktu kan? Jangan ajari aku untuk masalah yang satu ini Dean,” balas Sam.
“Dengar Sam, aku hanya tak ingin iblis akan selalu memperdayaimu dengan cerita bahwa Jessica belum mati,” ucap Dean lagi sambil menepikan mobilnya. Kantung kemihnya serasa penuh dan dia harus membuangnya.
Sam hanya memandang di kegelapan malam itu. Jalanan yang sepi dan rimbunan pohon di samping jalan yang membuat keadaan begitu sunyi dan sepi. Tak tampak ada rumah di sekitar situ.
Sam masih saja memegangi kalung berbentuk hati hingga sebuah teriakan yang sangat ia kenali tertangkap telinganya.
“Dean!” teriak Sam yang langsung berlari menuju rimbunan hutan tempat Dean tadi membuang air kecil.
“Dean!” Sam berteriak sekali lagi karena keadaan kembali sunyi dan Sam tak tahu ke mana mencari Dean.
Sam berputar melihat ke sekelilingnya dengan seksama. Tiba-tiba matanya menangkap sesosok tubuh yang tampak tengah berlutut. Sosok itu dengan pasti mengangkat tangannya ke atas sambil memegang sebuah pisau. Sam melihat sosok lain yang terbaring tanpa daya. Sosok yang sangat ia kenali, Dean.
“Dean!” teriak Sam. Tapi semua terlambat, pisau tadi sudah menancap di jantung Dean. Sosok tadi menancapkan pisau itu berkali-kali tanpa jeda.
Sam langsung berlari dengan titik air mata jatuh dari matanya. Kemarahan kembali meliputi Sam dan kekuatan itu kembali hadir dengan dahsyat. Sam dengan tangan kanannya hanya melakukan gerakan isyarat mencengkar dada sosok itu dan menghempasnya ke sebuah pohon besar di dekatnya.
Sosok tadi langsung terhempas. Sambil berlari mata Sam melihat bagaimana Dean sudah terkapar tak bernyawa dengan tatapan kosong dan lumuran darah. Sam langsung mendatangi sosok tadi yang melekat di pohon itu. Sebuah pukulan telak menghantam perut sosok tadi. Sam langsung bertatapan dengan sosok tadi. Sosok yang memiliki mata hitam penuh.
Kemarahannya memuncak. Setelah ibunya direnggut, Jessica, ayahnya dan kini Dean. Tak ada lagi kata maaf dan iba di otak Sam. Satu pukulan lagi menghantam iblis itu hingga ia mengeluarkan darah. Sam tak perduli lagi dengan sosok tubuh manusia yang dirasuki itu. Yang ia pikirkan hanya balas dendam.
“Sam...” ucap iblis itu dengan tenaga yang sangat lemah. Dua pukulan Sam benar-benar meremukkan organ dalamnya.
“Jangan sebut namaku, sialan!” ucap Sam yang menghempaskannya ke tanah tepat di sebelah mayat Dean.
“Kau lihat, huh? Ini perbuatanmu! Apa maumu?” ucap Sam sambil tetap menghujamkan tinjunya yang diluar ukuran kekuatan manusia biasa. “Kau kira kau hebat?” ucap Sam lagi. “Rasakan ini Iblis sialan!!” ucap Sam diiringi tinjuan lain dari kepalan tangannya.
“Sam... hentikan...” ucap iblis itu.
“Apa? Hentikan?” tanya Sam.
“Kau menikam abangku tanpa henti, mengapa kau memintaku berhenti memukulmu?” teriak Sam di depan wajah iblis itu.
Sam langsung memegang kerahnya dan melemparkannya ke pohon yang jaraknya kurang lebih lima meter dari posisi Sam berdiri. Hentakannya cukup kuat hingga daun-daun dari pohon itu berguguran. Belum sempat tubuh iblis itu menyentuh tanah, Sam telah menggunakan telekinesisnya untuk menarik tubuh itu kembali ke arahnya dengan kecepatan yang tinggi. Begitu tubuh itu mendekat, satu tinjuan lagi diberikan Sam pada iblis itu hingga tubuh iblis itu langsung menghantam tanah.
“Rasakan itu, iblis sialan!” maki Sam sekali lagi. Tapi pandangan matanya lalu tertuju pada sebuah benda bulan berlapis emas yang terjatuh dari saku iblis tadi. Sam lalu mengambil benda itu dan menyadari bahwa itu adalah jam milik Dean pemberian dari John Winchester, ayah mereka.
“Kau juga mencuri ini?” tanya Sam.
Alangkah terkejutnya Sam begitu melihat sosok tubuh di hadapannya. Tak ada lagi tubuh Dean yang terbujur kaku tanpa nyawa. Yang ada hanya sosok tubuh Dean yang tampak lemah karena di sepertinya habis dipukuli sedemikian rupa.
“Sam.... ini aku... Sadarlah...” ucap Dean susah payah.
“Dean?” ucap Sam tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Tubuh Dean telah lemah tak berdaya. Wajahnya penuh dengan darah setelah berkali-kali merasakan tinju kebencian dari Sam.
“Aku hanya ingin mengajarkan padamu, bahwa tak selamanya yang terlihat itu benar Sam” ucap sebuah suara di belakang Sam. Kontan Sam langsung berbalik melihat ke sumber suara itu.
“Sialan kau!!!” teriak Sam yang langsung berlari ke arah sumber suara yang ternyata YED. Dengan pasti Sam melayangkan tinjunya ke YED yang bersender santai di salah satu pohon di dekat Sam.
Namun, tiba-tiba YED berubah menjadi gumpalan asap hitam dan pukulan Sam itu hanya mengenai pohon di balik sosok YED tadi.
“Dean. Maafkan aku...” ucap Sam lirih. Sam sungguh tak percaya bahwa dengan mudahnya ia ditipu. YED telah membutakan matanya dan membuat dirinya melihat Dean sebagai sosok jahat. YED telah membuat dirinya seolah-olah Dean terbunuh. Padahal semua itu hanya ilusi. Sam kini menyadari mengapa sosok penjahat “pembunuh" Dean itu tak sekalipun melawan dirinya. Sam telah ditipu dengan telak.
“Dean. Kumohon bertahanlah!” ucap Sam yang langsung menggendong Dean ke mobil. Sam sekuat tenaga berlari di tengah kegetiran hatinya. Sam merasa bodoh dan tak berguna. Berulang kali dirinya selalu saja dimanfaatkan oleh YED. Kelahirannya harus dibayar dengan kematian ibunya. Dirinya juga membuat ayah dan abangnya, Dean, harus menjalani hidup yang tak normal. Kini dia juga membuat sang abang sekarat.
“Sam...” ucap Dean di dalam mobil.
“Dean. Jangan bicara dulu,” potong Sam sambil mencari kunci mobil di saku Dean.
“Sam... Dengarkan... aku...” ucap Dean sambil mengenggam lengan Sam.
“Bertahanlah...” ucap Sam.
“Aku menyayangimu,” lanjut Dean dan langsung menghembuskan nafas terakhirnya.
“Dean!” teriak Sam sambil mengguncang-guncang tubuh Dean yang tak lagi bernyawa. “Dean, jangan tinggalkan aku!” sambung Sam sambil menangis. “Setidaknya jangan sekarang Dean” lanjut Sam lirih. “Tidak!” teriak Sam di depan jasad Dean.
******
“Hei! Sadar, Sam!” ucap Dean sambil mengguncang tubuh Sam yang mengigau.
Sam pun langsung tersadar dari tidurnya. Dilihatnya matahari mulai tenggelam dan Dean masih duduk sambil menyetir di sebelahnya.
“Kau kenapa? Kau berteriak tadi? Kau dapatkan mimpi lagi?” tanya Dean beruntun.
“Ah,tidak. Hanya mimpi buruk biasa,” jawab Sam.
“Kita di mana sekarang?” tanya Sam.
“Wisconsin,” jawab Dean dan Sam langsung menatap Dean yang kebingungan melihat reaksi Sam.
TAMAT
Kamis, 05 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar