Kamis, 29 April 2010

Fic: Dream Chaser

 Judul : DREAM CHASER
Rating : karena ada sedikit unsur kekerasan, dibuat apaan ya T kali ya.
ntar kalo salah urusan Red aja dah yang benerin Tongue
Genre : Horor
Note : mudah2an bisa menghibur Grin


DREAM CHASER

Illunois,
Rabu dini hari , May 2008.
Pukul 02:00 .


“Sayang aku berangkat dulu ya” ucap seorang Pria pada isterinya lalu memberikan ciuman pada wanita yang di cintainya tersebut.

“Ok, bye honey”

“Bye” sahut sang isteri.

Sang pria masuk ke dalam mobil sambil melambaikan tangannya pada sang isteri. Kemudian sang isteri membalikkan badannya hendak masuk kembali ke dalam rumah. Namun tiba-tiba seorang anak perempuan sudah berdiri di hadapannya. Wanita itu pun mendekati anak perempuanyang memiliki wajah agak pucat itu.

“Halo? Kamu siapa?”

Namun anak perempuan itu hanya diam tidak menjawab. Ia hanya memandang ke arah lain.

“Kau sedang melihat apa?”

Anak perempuan itu lagi-lagi hanya diam membisu. Namun kali ini ia mengangkat tangan kanannnya dan menunjuk ke sesuatu sambil mengeluarkan senyuman dingin di bibirnya.


“Kau sedang menunjuk apa?”

Wanita itu pun melihat ke sesuatu yang di tunjuk oleh anak perempuan itu.

“Suamiku? Memangnya kenapa dengan suamiku?”

Wanita itu melihat suaminya pergi dengan mobilnya, namun tiba-tiba sebuah mobil lain yang datang dari arah yang berlawanan dengan kecepatan tinggi dan menabrak mobil yang dikendarai oleh suaminya. Kontan saja kedua mobil tersebut saling berguling dan kemudian meledak. Sang isteri yang melihat kejadian itu langsung menjerit melihat suaminya terbakar di dalam mobil tersebut.

“Tidaaaaaaaaak!!!.................................................................................................Tidaaaaaaakkkk!!!!!”

Wanita itu berteriak hingga terbangun dari tidurnya. Teriakannya juga membuat suami yang tidur di sebelahnya juga terbangun.

“Honey, ada apa? Kau bermimpi buruk?” tanya sang suami.

“Entahlah sayang, aku bermimpi melihat kau mengalami kecelakaan” ucap sang isteri.

“Tenanglah, itu hanya sebuah mimpi. Minumlah seteguk air dan coba pejamkan matamu lagi” ujar sang suami.

“Baiklah” sahut sang isteri yang mengambil sebuah gelas yang sudah kosong yang terletak di meja sebelah tempat tidurnya.

“Airnya habis, aku ke dapur dulu ya” ujar sang isteri.

Wanita itu keluar kamar untuk mengisi gelasnya lagi dengan air mineral, sementara sang suami sudah terlelap kembali. Wanita tersebut menurunii tanggadan berjalan menuju dapurnya. Kemudian ia mengisi gelasnya dengan air dan meneguknya dengan perlahan sambil sesekali menggoyang-goyangkan air yang ada di gelasnnya. Sesaat kemudian ia melihat bayangan seorang anak perempuan terpantul di gelas yang ia pegang. Spontan ia pun berbalik kebelakang untuk memastikan bayangan tersebut, namun tidak ada apa-apa di belakangnya. Lalu ia meletakkaan gelasyang di pegangnya ke atas meja dan dengan segera ia kembali ke kamar.

****

Keesokan paginya…..

“Honey, aku turun di sini saja” ucap sang isteri.

Sang suami mengehentikan mobilnya di pinggir jalan, kemudian sang isterii turun dari mobil tersebut.

“Kau pulang sendiri atau ku jemput?” tanya sang suami.

“Hmmm….. sepertinya aku pulang sendiri, karena aku hanya sebentar dii rumah temanku” sahut sang isteri.

“Baiklah. Aku pergi dulu ya” ucap sang suami, kemudian keduanya saling memberikan ciuman.

Baru saja sang isteri memalingkan badannya, tiba-tiba sebuah suara mobill yang saling bertabrakan terdengar di telinganya. Ia pun menoleh dan dan menghadapi kenyataan kalau suaminya telah mengalami kecelakaan mobil yang sangat fatal. Ia melihat mobil suaminya meledak dengan kedua matanya.

“Tidaaaaaaakk!!!!!!!!!!”

Ia pun berlari mendekati mobil suaminya yang terbakar namun seorang warga melarangnya untuk mendekati mobil itu, karena di takutkan masih rawan ledak.

“Lepaskan aku .…!! Aku ingin menyelamatkan suamiku…. !!!! Ronnyyyyyy” teriaknya histeris.

Saat wanita itu histeris melihat suaminya yang tewas dalam kecelakaan tersebut, sesaat matanya melihat seorang anak perempuan berdiri di sebrang jalan. Namun anak perempuan itu seakan menghilang di keramaian warga yang ingin melihat kejadian itu.

****

Daerah perbatasan Illunois,
Jum’at, May 2008.
Pukul 11.00 pagi.

Sebuah mobil Chevrolet Impala berwarna hitam melaju di daerah perbatasan menuju Illunois. Alunan musik rock berkumandang dari radio mobil tersebut. Dengan asik Dean mengikuti lirik yang di nyanyikan oleh penyanyi lagu tersebut. Sementara Sam merasa gerah mendengar musik keras seperti itu. Karena sudah tidak tahan lagi, ia pun mematikan radio tersebut.

“Hey..hey….mengapa kau matikan musiknya?” tanya Dean.

“Kau sebut itu musik? It’s suck” ujar Sam.

“Tunggu, jangan hina musik kesukaan ku seperti itu” ujar Dean sambil menyalakan kembali radio mobilnya, bahkan kali ini ia menyetel volumenya lebih keras.

Namun Sam tidak tinggal diam, ia pun mematikan radio itu lagi. Lalu dinyalakan lagi oleh Dean. Dimatikan lagi oleh Sam, lalu dinyalakan lagi oleh Dean.

“Mengapa kau tidak mau mengalah?” tanya Sam.

“Karena aku yang lebih tua” sahut Dean.

“Kau yang lebih tua, memang benar, dan menurutmu yang muda harus mengalah” ucap Sam.

“Benar kau yang harus mengalah” ujar Dean sambil tertawa.

“Tapi lebih etis kalau yang tua yang mengalah pada yang muda” balas Sam.

“Ok. Aku akan bersikap sebagai saudara tua yang baik”
Dean akhirnya menyerah juga, ia pun mematikan radio mobilnya tersebut. Sementara Sam memandang keluar jendela sambil tersenyum puas.

****

Winchester bersaudara itu pun tiba di sebuah kota di Illunois. Kemudian mereka mencari sebuah penginapan sebagai tempat untuk berteduh. Setelah menemukan sebuah motel, mereka pun berhenti di sana.

“Sam …kau yang pesan kamar, aku mau makan dulu di restoran itu, aku lapar. Aku tidak sabar ingin makan Beff Burger” ujar Dean.

“terserah kau” sahut Sam.

Sam masuk ke dalam penginapan, sementara Dean menuju ke restoran kecil yang terletak di seberang penginapan tersebut. Dean memasuki restoran tersebut dan menarik sedikit perhatian bagi orang-orang yang ada di dalamnya.

“Aku pesan Beef Burger dan segelas kopi” ucap Dean pada seorang pelayan.
Tidak berapa lama pesanannya pun di antar.

“Great, it’s time to have a lunch”

Ia melahap burger itu dengan sangat lahap. Kemudian Sam pun muncul dan mendekatinya.

“Ow.. dan sekarang kau makan sendirian” ujar Sam.

“Oh, Sorry Sammy aku begitu lapar sampai-sampai lupa memesankan makanan untukmu” sahut Dean yang berbicara sambil mengunyah makanannya.

Sam hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah saudaranya tersebut. Kemudian ia pun memesan makanan untuk dirinya sendiri. Saat ia memesan makanannya, ia merasa kalau orang-orang yang ada di restoran itu sedang memperhatikan mereka berdua. Hal itu tidak di sadari oleh Dean karena ia hanya sibuk mengisi perutnya dengan burger yang lezat.

****

Setelah selesai mengisi perut, mereka berdua pun kembali menjalankan tugas yang menjadi tujuan kedatangan mereka ke tempat itu.

“Dean. Apa kau tidak melihat orang-orang tadi selalu memperhatikan kita?” tanya Sam.


“Siapa peduli. Mungkin mereka belum pernah melihat makhluk setampan ini” sahut Dean.

“Oh, Dean, please..” sahut Sam.

“Yang penting sekarang kita selesaikan kasus yang kita hadapi dengan cepat” ucap Dean.

“Ok, kalau begitu kita harus mengunjungi rumah keluarga korban kecelakaan aneh itu” ujar Sam.

****

Beberapa hari yang lalu, Sam dan Dean menemukan berita mengenai kecelakaan aneh yang menimpa seorang pria di kota tersebut. Sam menyelidiki melalui internet kalau kejadian itu bukan yang pertama kali di kota itu, melainkan sudah ke enam kalinya dalam kurun waktu 8 bulan. Dan mereka berdua berpendapat kalau kecelakaan itu terjadi pasti bukan karena penyebab biasa, tetapi ada hubungannya dengan dunia supranatural.

Dan kini mereka sedang mengunjungi kelurga korban terakhir yang mengalami musibah tersebut.

“Maaf kami mengganggu, apa benar di sini rumah Tn. Ronny Beltrami?” tanya Dean.

“Ya, benar. Saya adik isterinya” ujar wanita yang sedang menerima kedatangan mereka.

“Kami berdua adalah relasi kerja Tn. Beltrami, Aku Dean dan ini rekan saya Sam, dan kami kemari ingin mengucapkan turut berduka cita. Boleh kami bertemu dengan kakak anda?” ujar Sam.

“Terima kasih sebelumnya. Tapi kakak saya sedang tidak ada. Karena kemarin ia pulang ke rumah orang tua saya setelah suaminya di kuburkan.” ujar wanita tersebut.

“Oh, begitu. Sayang sekali, padahal kami ingin berbicara dengannya” ucap Dean.

“Berbicara tentang apa?” tanya wanita itu.

“Kami hanya ingin tahu mengenai kejadian yang sebenarnya” ucap Dean.

“Karena Tn. Beltrami sudah banyak membantu kami, kami pun merasa sangat kehilangan, entahlah, kami hanya ingin tahu mengenai kejadian yang sebenarnya” lanjut Sam.

“Oh, aku mengerti. Kalau begitu masuklah, aku juga kurang begitu mengerti, tetapi kakakku sempat menceritakan sesuatu kepadaku” ucap wanita itu sembari mempersilahkan Dean dan Sam masuk ke rumahnya.

****

Dean dan Sam masuk kerumah itu sambil melihat-lihat keadaan isi rumah itu.
“Silahkan duduk” ujar wanita itu.

“Terima kasih” ujar keduanya.

“Aku akan membuatkan kalian minuman” ucap wanita itu.

“Tidak perlu repot-repot Nona, kami hanya sebentar saja kok” ucap Sam.

“Susan, namaku Susan” ujar wanita itu.

“Nona Susan ya.. OK” sahut Dean yang mulai mengeluarkan sedikit senyuman pesonanya pada wanita itu.

“So… memangnya kakak anda bercerita tentang apa?” tanya Sam yang bermaksud menghentikan Dean yang mulai tebar pesona pada wanita itu.

“Aku juga tidak begitu percaya, tapi ia bilang padaku, kalau sebelum suaminya mengalami kecelakaan, ia sempat bermimpi hal yang aneh” jelas Susan.

“Mimpi yang aneh?” tanya Sam penasaran.

“Mimpi seperti apa?” lanjut Dean.

“Dia bilang kalau ia bermimpi suaminya mengalami kecelakaan. Dan keesokan harinya mimpi itu menjadi kenyataan” jelas Susan.

“Dia bilang begitu?” tanya Sam agak terkejut.

“Dan ada satu hal lagi, di dalam mimpinya, katanya ia juga melihat seorang anak perempuan yang sangat aneh” ucap Susan.

“Anak perempuan?” tanya Dean.

“Ya. Anak perempuan kurang lebih berusia 9 tahun, entahlah ini benar-benar hal yang tidak masuk akal. Bahkan ia melihat anak itu juga ada di dapur dan di lokasi kejadian saat suaminya mengalami kecelakaan. Kalian tahu cerita ini membuat ku merinding. Aku sangat kasihan padanya. Apa lagi saat ini ia sedang mengandung” jelas Susan yang sedikit mengeluarkan air mata.

Sam dan Dean hanya saling berpandangan mendengarkan cerita Susan tersebut.

“Kami fikir kau benar, mungkin itu semua hanya halusinasi semata dan tidak berarti apa-apa, jadi kau tidak perlu terlalu memikirkannya” ujar Dean mencoba membuat Susan tidak terlalu paranoid.

“Eeee… maaf Nn. Susan, boleh saya pinjam toiletnya?” tanya Sam.

“Oh, tentu saja, ada di sebelah kiri dapur” ucap Susan menunjukkan letak toiletnya.

Sam berjalan menuju dapur. Ia hanya berpura-pura mau ke toilet, melainkan mau memeriksa ruangan tersebut dari jejak makhluk gaib, seperti hantu atau apapun. Kebetulan Sam membawa sebuah alat pendeteksi hantu. Ia mengitari seluruh areal dapur untuk mencari petunjuk. Sesaat, alat tersebut menunjukkan sebuah reaksi. Reaksi yang menunjukkan memang ada sesuatu yang gaib yang pernah menginjak tempat itu. Setelah merasa yakin, Sam pun kembali ke ruang tamu dan melihat Dean yang sedang melancarkan aksi rayuan gombalnya pada Susan.

“Baiklah, Nn. Susan. Sepertinya kami harus pergi, karena masih ada hal yang harus kami kerjakan” ujar Sam.

“Sekali lagi terima kasih sudah mau datang” kata Susan sambil mengantarkan Sam dan Dean ke pintu depan.

****

“Bagus.. aku sedang bertugas sementara kau asik menggoda Susan” ucap Sam agak kesal.

“Apa? tentu saja aku bekerja. Aku sedang mencari informasi darinya” sahut Dean sambil tersenyum.

“Oh ya, maksudmu informasi nomor teleponnya” ujar Sam.

“Ha..ha..ha…dari mana kau tahu?”

Sam tidak menjawab pertanyaan Dean. Ia hanya menggeleng-gelangkan kepalanya. Kemudian keduanya pun memasuki mobi. Dean mulai menghidupkan mobilnya dan bergegas dari sana.

****

“Kau dengar apa katanya?” ucap Sam.

“Tentang apa?” tanya Dean.

“Tentang mimpi yang di alami kakaknya Susan” jawab Sam yang semakin kesal dengan saudaranya itu.

“Oh ya. Kau juga pernah mengalaminya kan” Sahut Dean.

“Ya, aku memang pernah mengalaminya. Tapi aku fikir kasus yang kita hadapi saat ini berbeda dengan kasusku dulu. Susan bilang kakaknya melihat seorang anak perempuan dalam mimpinya.” ucap Sam.

“Kau tahu, ketika aku memeriksa dapurnya dengan alat pendeteksi hantu, alat itu menunjukan reaksi yang menjelaskan memang pernah ada sesuatu yang muncul di rumah itu” jelas Sam.

“Jadi, menurutmu siapa anak perempuan itu?” tanya Dean.

“Entahlah bisa hantu, bisa juga sesuatu yang lain. Yang jelas kita harus mengetahui siapa anak perempuan yang membayang-bayangi kakaknya Susan” sahut Sam.

“Baiklah, sepertinya kita memang harus berusaha mencari informasi lebih banyak lagi” ujar Dean.

“Tapi sepertinya mau turun hujan, apa sebaiknya kita kembali dulu ke penginapan” ucap Sam.

“Ya, kau benar. Aku juga ingin istirahat sebentar” sahut Dean.

Mereka pun memutuskan untuk kembali ke penginapan dan memulai penyelidikan esok hari. Sementara langit semakin gelap menunjukkan sepertinya akan turun hujan.

****

Sabtu dini hari…

Malam semakin larut di kala hujan turun dengan derasnya, sembari di sertai oleh kilat yang saling menyambar. Di salah satu rumah…penghuni rumah sudah terlelap. Dinginnya malam di kala hujan membuat mereka lebih cepat terlelap, meskipun suara halilintar cukup mengganggu pendengaran.

Di sebuah kamar, tampak pasangan suami isteri yang sedang terlelap dengan lampu yang padam pula. Namun cahaya dari halilintar sesaat menerangi ruangan tersebut. Dan terlihat sebuah sosok sedang berdiri di pinggir tempat tidur sambil mendekatkan tangannya di kepala sang wanita. Sekilas juga terlihat wajahnya yang pucat pasi dengan pipi yang munujukkan bagian dalam tengkoraknya.

****

Sabtu pagi
Pukul 09.00, di sebuah kantor kependudukan.

Sementara itu Dean dan Sam masih mencoba mencari titik terang mengenai kasus yang sedang mereka hadapi. Dean mencoba mencari informasi tentang anak-anak yang meninggal dalam kurun waktu setahun terakhir di sebuah kantor catatan sipil sementara Sam menunggu di mobil sambil mencari informasi melalui internet.

“Maaf ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang petugas.

“Saya seorang mahasiswa yang sedang melakukan riset di kota ini” ucap Dean.

“Lalu..?” tanya petugas itu lagi.

“Saya kemari ingin mengetahui beberapa data mengenai orang yang telah meninggal sekitar setahun kebelakang, terutama anak-anak” ucap Dean.

“Boleh saya tahu untuk keperluan riset apa ini?” tanya petugas itu lagi.

“Ok. Saya akan jelaskan lebih rinci….”

Singkat cerita Dean berhasil mendapatkan informasi data anak-anak yang meninggal dalam kurun waktu satu tahun kebelakang. Kemudian ia pun kembali ke mobil di mana Sam sudah menunggunya di dalam mobil.

“Kau berhasil mendapatkannya?” tanya Sam.

“Tentu saja” sahu Dean dengan bangga.

“Apa yang kau katakan pada mereka?” tanya Sam penasaran.

“Aku bilang kalau aku adalah mahasiswa kedokteran yang sedang melakukan penelitian terhadap kesehatan lingkungan dan aku meminta data tentang anak-anak yang meninggal setahun terakhir sebagai bahan rujukan” jelas Dean.

“Kau? Sebagai mahasiswa kedokteran? Ha..ha…ha…” Sam tertawa geli.

“Memangnya kenapa? Apa aku tidak cocok jadi mahasiswa kedokteran?” tanya Dean.

“Kau? Ha..ha..ha..ha…ha” Sam tertawa geli karena tidak bisa membayangkan seandainya Dean adalah seorang dokter. Apa yang akan terjadi dengan pasiennya jika pasiennya tersebut adalah seorang wanita cantik.

“Hey…berhentilah mentertawakanku” ujar Dean sambil memukul pundak Sam.

Namun Sam memang tidak bisa menahan tawanya.

“Baiklah cukup. Beri tahu aku informasi apa yang kau temukan jangan hanya mentertawakan aku saja” ucap Dean.

“All right…all right…” Sam menunjukkan informasi yang terdapat di laptopnya kepada Dean.

“Aku menemukan data tiga orang korban lainnya yang mengalami kecelakaan aneh tersebut. Umumnya mereka semua adalah pria yang sudah berkeluarga dan tinggal di lingkungan yang sama. Dan lihat ini, salah seorang isteri dari korban bercerita pada media kalau ia sempat bermimpi melihat suaminya terjatuh dari atas gedung. Dan ke esokan harinya suaminya tersebut jatuh dari sebuah lokasi konstruksi bangunan tempatnya bekerja.”
Jelas Sam.

“Jadi dia juga sempat mengalami mimpi sebelum suaminya mengalami kecelakaan” sahut Dean.

“Lalu data apa yang kau peroleh tadi?” tanya Sam.

Kemudian Dean mengeluarkan sebuah data orang-orang yang meninggal setahun terakhir dan terdapat lima buah nama yang di tandai yang masih berusia anak-anak.

“lima anak tercatat meninggal setahun terakhir, empat orang meninggal karena sakit dan satu orang lagi karena kecelakaan. Lihat, ada dua orang dengan nama belakang yang sama” jelas Dean.

“Lenertz” ucap Sam pelan.

“ya. Emely dan Pamela Lenertz” ucap Dean.

Kemudian Sam memasukkan nama Lenertz ke mesin pencari di laptop miliknya, dan muncul sebuah informasi mengenai kematian mereka.

“Mereka memang bersaudara. Yang tua bernama Pamela” ucap Sam.

“Apa penyebab kematian mereka?” tanya Dean.

“Sebentar… Emely meninggal karena penyakit asma. Sementara Pamela meninggal karena mengalami kecelakaan terpeleset dari tangga. Mereka meninggal 8 bulan yang lalu” jelas Sam.

“apa menurutmu salah satu dari mereka pantas untuk di curigai?” tanya Dean.

“Entahlah. Informasi di sini tidak begitu banyak membantu. Tapi tidak ada salahnya jika kita menyelidikinya” sahut Sam.

“tunggu sebentar, lihat ini,” tangan Dean menunjuk ke berita yang terdapat laptop milik Sam.

“Ayah kedua anak itu meninggal dalam sebuah kecelakaan sebulan setelah kedua anaknya meninggal. Jatuh dari tangga juga. Bukankah itu kedengaran aneh” ujar Dean.

“Ya. Kau benar. Dan sekarang apa yang kita lakukan?” tanya Sam.

“Ibu kedua anak ini masih hidup, kita ke rumahnya sekarang juga, di sini ada alamatnya” ujar Dean.

Dean menghidupkan mobilnya Impala hitamnya. Saat mobilnya hendak masuk ke badan jalan, tiba-tiba terjadi korsleting pada kabel listrik yang terdapat di seberang jalan. kabel itu kemudian putus dan terjatuh sehingga mengenai seorang pria yang kebetulan sedang berjalan di pinggir jalan tersebut. pria itu pun tewas tersengat listrik.

“Oh my God!!” ucap Sam terkejut melihat kejadian yang terjadi depan kedua matanya.

“Damn!! God!!” sahut Dean yang juga kaget.

Kejadian itu spontan membuat ricuh orang-orang yang ada di sekitar tempat itu. Sam dan Dean pun segera keluar dari mobil dan mendekati TKP yang sudah ramai oleh orang-orang yang ada di sekitar tempat itu.

“Dean, kejadian itu terjadi lagi” ujar Sam.

“Aku akan pargi ke rumah kedua anak itu untuk menemui ibu mereka, dan kau di sini, cari tahu tentang korban tersebut” ujar Dean.

“Ok, kita bertemu di penginapan” sahut Sam.

Dean berlari masuk ke mobilnya kemudian ia pu bergegas pergi mencari alamat tempat tinggal Pamela dan Emely Lenertz. Sementara Sam berbaur dengan orang-orang untuk melihat mayat pria tersebut.

****

Pukul 11.00
Di rumah Keluarga Lenertz.

Dean tiba di sebuah rumah yang sangat lengang. Rumah tersebut tampak tidak terurus karena banyak di tumbuhi oleh tanaman liar. Ia pun mengetuk pintu tersebut berkali-kali, namun sama sekali tidak ada jawaban.

“Tok….tok….tok….” suara ketukan pintu.

“Hello…”

“Ada orang di rumah…” teriak Dean.

“Maaf, kau sedang mencari siapa?” tanya seorang wanita tua yang kebetulan lewat di depan rumah itu.

“Oh, saya sedang mencari pemilik rumah ini” jawab Dean.

“Maksudmu keluarga Lenertz?” tanya wanita tua itu.

“Ya. Anda benar” ucap Dean.

“Tapi Tn. Lenertz dan kedua putrinya sudah lama meninggal. Yang tertinggal hanya Ny. Lenertz” ucap wanita tua itu.

“Saya tahu. Saya kemari untuk bertemu dengan Ny. Lenertz” sahut Dean.

“Sayang sekali, dia sudah tidak tinggal di rumah ini lagi” ucap wanita tua tersebut.

“Apa? lalu apa nyonya tahu di mana dia sekarang?” tanya Dean.

“Sejak suami dan kedua anaknya meninggal, ia mengalami gangguan jiwa dan saat ini dia di rawat di rumah sakit jiwa yang ada di kota ini” jelas wanita tua itu.

“Terima kasih Nyonya atas informasinya” ujar Dean.

“Tidak masalah” ucap wanita itu.

Dean tidak menyia-nyiakan waktunya, ia kemudian menghubungi Sam dan menanyakan keberadaannya.

“Sam….kau sudah di penginapan?” tanya Dean yang berbicara melalui ponsel.

“Ya, aku sudah berada di penginapan” jawab Sam.

“Baiklah, aku akan menjemputmu di sana” ujar Dean.

Dean melajukan mobilnya dengan cepat menuju penginapan untuk menjemput Sam.

****

Rumah Sakit Jiwa Gold Eden.
Sabtu, Pukul 14.00 siang.

“Dean wanita itu sudah gila, apa dia bisa memberikan keterangan?”

“Entahlah, tidak ada salahnya di coba?” ucap Dean.

Selanjutnya Dean dan Sam di antar oleh seorang perawat untuk menemui Ny. Lenertz.

“Aku tidak yakin dia mau berbicara, karena sejak ia masuk ke rumah sakit ini, ia tidak pernah menunjukkan reaksi pada siapapun. Ia hanya duduk diam di kursi” ucap sang perawat.

Perawat itu mengajak Dean dan Sam masuk ke kamar Ny. Lenertz.

“Itu dia. aku akan meninggalkan kalian” ucap sang perawat.

Dean dan Sam melihat seorang wanita berpenampilan lusuh, dengan rambut yang tidak beraturan, duduk diam dengan mata memandang ke sebuah televisi yang sedang memutar sebuah film animasi.

“Ny. Lenertz, apa kau dengar aku. Namaku Dean dan ini adikku Sam” ucap Dean.

“Kami berdua ingin berbucara sesuatu pada nyonya” lanjut Sam.

Namun wanita itu sama sekali tidak memberikan reaksi apa-apa.

“Ny. Lenertz, kami ingin mengetahui tentang kematian putri anda, Pamela” ujar Dean.

Wanita itu sedikit gemetaran mendengar nama Pamela diucapkan oleh Dean.
“Pergi..!!! Pergi kalian!!! Pergi….!!!” teriak Ny. Lenertz.

Teriakannya membuat sang perawat masuk dan menanyakan apa yang terjadi.

“Apa yang terjadi? Ny. Lenertz anda tidak apa-apa?” tanya perawat itu yang melihat tubuh Ny. Lenertz ketakutan.

“Maaf, kami tidak bermaksud membuatnya takut” ujar Dean.

“Sebaiknya kalian pergi dari tempat ini” ujar sang perawat.

Dean dan Sam tidak tahu harus berbuat apa lagi. Mereka pun memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Namun semuanya berubah saat di televisi tersiar berita tentang peristiwa kecelakaan yang terjadi tadi siang.

Ny. Lenertz kembali berteriak dan meminta sang perawat untuk melakukan sesuatu.

“Ku mohon hentikan dia, hentikan dia!!!” teriak Ny. Lenertz.

“Apa maksud anda nyonya aku tidak mengerti” ujar sang perawat.

“Mengapa dia berkata seperti itu? dia siapa yang ia maksud?” tanya Dean.

“Entahlah, tiga hari yang lalu dia juga bertingkah seperti ini saat melihat berita seorang pria yang mengalami kecelakaan mobil” jelas sang perawat.

Melihat hal itu Sam memiliki sebuah ide untuk bisa mendapatkan informasi dari wanita tersebut.

“Tenanglah nyonya, kami akan membantu anda untuk menghentikan dia, tapi nyonya harus memberi tahukan semua yang nyonya tahu agar kami bisa menghentikannya” bujuk Sam kepada Ny. Lenertz.

Mendengar ucapan Sam wanita itu kemudian menjadi lebih tenang. Ia pun duduk kembali di kursinya.

“Maaf, boleh kami bicara lagi dengannya sebentar saja” pinta Dean pada sang perawat.

“Baiklah, waktu kalian hanya 10 menit” ujar sang perawat.

Sam mencoba berbicara kembali pada nyonya Lenertz yang sudah menjadi lebih tenang.

“Nyonya, katakan pada kami, siapa yang harus kami hentikan?” tanya Sam.

“Dia…..dia………..hentikan dia…..hentikan…putriku” ucap Ny. Lenertz perlahan.

“Bisakah kau menceritakan pada kami apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Sam lagi.

Nyonya Lenertz memandang wajah Sam dan menyentuhnya.

“Ini semua salah suamiku………..

Nyonya Lenertz mulai menceritakan apa yang terjadi pada keluarga mereka………..

****

Kurang lebih setahun yang lalu….

Malam hari, di sebuah rumah….. terdengar suara seorang pria sedang marah-marah.

“Di mana dia…?” ucap pria itu dengan emosi.

“Dia sedang tidur. Ku mohon jangan salahkan dia lagi. Dia sudah sangat menderita” ujar seorang wanita yang merupakan Ny. Lenertz. Sedangkan pria yang sedang marah-marah itu adalah suaminya.

“Aku tidak peduli” ucap Tn. Lenertz dengan keras sambil masuk ke dalam sebuah kamar.

Di kamar itu terlihat seorang anak perempuan sedang tertidur pulas. Tanpa berperasaan Tn. Lenertz menarik tangan anak perempuan itu dan menyeretnya.

“Ampun ayah…ampun…” ucap anak itu sambil terisak menangis.

“Ayah akan menghukummu sekarang juga. Karena perbuatanmu, adikmu, Emely harus dirawat intensif di rumah sakit. Dan karena kesalahanmu, kau harus menerima hukuman ini” teriak pria itu sambil memukuli anaknya.

Melihat hal itu, Ny. Lenertz tidak tinggal diam, ia berusaha melindungi anaknya dari siksaan suaminya. Namun apa daya, tenaga lelaki itu lebih kuat darinya, sehigga hanya sekali dorong Ny. Lenertz pun tersungkur.

“Jangan pukul aku ayah….jangan….” anak itu mulai menangis tersedu-sedu.

“Sekarang kau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu” pria itu benar-benar sudah kalap, ia memukul anaknya sehingga anak perempuan yang tidak berdosa itu terdorong ke arah tangga dan kemudian jatuh hingga membuatnya meninggal.

“Pamela…….!!!!” Teriak Ny. Lenertz.

Kembali ke masa sekarang….

Nyonya Lenertz hanya bisa menangis tersedu-sedu. Ia lalu memberitahukan kepada Sam dan Dean, kalau suaminya memberi laporan pada polisi kalau Pamela kecelakaan terpeleset di tangga. Lalu sehari kematian Pamela, Emely yang sedang di rawat di rumah sakit karena penyakit asma nya, juga meninggal dunia. Hal itu semakin membuat Ny. Lenertz terpukul.
Belum lagi sang suami pun harus meninggal karena terjatuh dari tangga seperti yang di alami oleh Pamela. Kedua putrinya tidak di makamkand I pemakaman umum tetapi dimakamkan di belakang rumah mereka. Hal itu atas permintaan Ny. Lenertz sendiri.

Sam dan Dean merasa miris mendengar cerita Ny. Lenertz, namun hal ini juga menguatkan dugaan kalau hantu Pamela ingin menuntut balas.

“Nyonya, kami akan menghentikan putri anda sebisa mungkin, dan mencegah semua ini agar tidak terjadi lagi” ujar Dean.

Nyonya Lenertz kembali membisukan dirinya, ia hanya menatap kosong ke depan dan tidak mempedulikan kejadian di sekitarnya.

****

Malam hari …
Pukul 21.00

Dean dan Sam segera bergegas ke rumah Ny. Lenertz dengan mengendarai Impala hitamnya.

“Aku masih tidak mengerti, mengapa Pamela harus membunuh orang lain, bukankah ayahnya yang bersalah atas kematiannya?” tanya Sam merasa heran.

“Entahlah, yang penting kita harus segera membakar mayat anak itu” ujar Dean.

Setelah beberapa menit, akhirnya mereka tiba di rumah Ny. Lenertz yang keadannya sangat menyeramkan. Rumah itu sudah lama tidak di tempati. Tanaman liar menutupi sebagian besar rumah tersebut.

Dean dan Sam menerobos masuk ke rumah tersebut. Keadaan ruangan bagian dalam cukup luas. Kemudian mereka menuju halaman belakang untuk mencari makam Pamela.

Setelah memeriksa ke setiap tempat akhirnya mereka menemukan dua buah makam yang saling berdekatan. Di nisannya tertulis nama Pamela Lenert dan Emely Lenertz.

“Baiklah, aku yang akan menggalinya” ucap Dean.

Dean menggunakan sebuah cangkul untuk menggali makam Pamela. Setelah beberapa saat, akhirnya ia mencapai dasar makam dan menemukan sebuah peti berisi mayat Pamela yang sudah menjadi tulang belulang.

Kemudian Sam menyiramkan beberapa tetes air suci dan garam.

“Beristirahat lah dengan damai” ujar Dean sambil menyalakan sebuah korek.

Saat Dean hendak membakar mayat Pamela tiba-tiba angin bertiup kencang, suasana rumah itu menjadi semakin mencekam.

“Dean, aku fikir dia tahu, kalau kita akan memusnahkannya” teriak Sam.

“Aku tidak peduli….” Ujar Dean sembari mencoba menyalakan sebuah korek lagi.

Namun kali ini sebuah kekuatan mendorong mereka berdua, dan membuat mereka berdua terpental menjauhi makam. Dean dan Sam mencoba untuk bangkit, selanjutnya mereka berdua melihat sebuah kilasan kejadian yang pernah terjadi di rumah itu.

Di dalam kilasan itu, mereka melihat dua orang anak perempuan sedang bermain-main.

“Aku akan selalu menyayangi mu Emely” ujar Pamela.

“Aku juga Pamela, apapun yang terjadi padamu aku akan selalu membelamu” ucap Emely.

“Tidak. Seharusnya aku yang melindungimu, kau kan sedang sakit” sahut Pamela.

“Meskipun aku sakit aku tetap akan berusaha melindungimu dari apapun” lanjut Emely.

“Kalau begitu, kita akan saling melindungi” sahut pamela.

Kemudian kilasan berganti ke kejadian lain…

“Emely!! Matikan lilin itu, nanti kau bisa membuat rumah ini kebakaran” ucap Pamela.

“Ha…ha…ha…tenanglah Pamela, aku tidak akan menjatuhkan lilin ini” sahut Emily.

Emily membawa lilin sambil berlari-lari, sampai akhirnya lilin itu terjatuh dan membakar sebuah gorden. Api semakin besar, hal itu membuat penyakit asma yang di derita Emily kumat.

“Emily….!!!” Teriak Pamela.

Kilasan berganti lagi ke saat Tn. Lenertz menyiksa Pamela hingga terjatuh dari tangga.

“Jangan pukul aku ayah….jangan….” anak itu mulai menangis tersedu-sedu.

“Sekarang kau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu” pria itu benar-benar sudah kalap, ia memukul anaknya sehingga anak perempuan yang tidak berdosa itu terdorong ke arah tangga dan kemudian jatuh hingga membuatnya meninggal.

“Pamela…….!!!!” Teriak Ny. Lenertz.

Selanjutnya berganti lagi saat Tn. Lenertz mengalami kecelakaan juga, namun kali ini, Dean dan Sam menemukan sesuatu yang berbeda.

“Emely, jangan lakukan ini Emely..!!! teriak Tn. Lenertz.

“Mengapa kau membunuh Pamela ayah, dia adalah saudaraku yang paling aku sayangi. Dia tidak bersalah apa-apa” ucap hantu Emily.

“Maafkan ayah” teriak Tn. Lenertz.

“Aku benci ayah…aku benci ayah..!!!!” teriak Emily.

“Jangan sayang…ayah sangat menyayangi kalian berdua” ujar Tn. Lenertz.

Emely tidak peduli dan ia pun membuat ayahnya terjatuh dari tangga. Kemudian Ny. Lenertz muncul dan mendapati suaminya sudah meninggal.

Dean dan Sam hanya bisa terdiam menyaksikan kilasan kejadian itu. Kini kilasan itu menghilang, yang ada hanya sesosok hantu anak perempuan yang merupakan hantu Emily. Ia menatap Dean dan Sam dengan wajah penuh kemarahan. Kulit di wajahnya sedikit terkelupas, sementara wajah bagian kiri menunjukkan bagian dalam tengkoraknya.

“Jangan ganggu saudaraku….!!!” Teriak Emily.

Saat Dean mencoba menembaknya dengan peluru garam, Emely dengan cepat mendorong mereka lagi dengan kekuatannya. Kemudian Winchester bersaudara itu di lilit oleh akar-akar tanaman yang muncul dari dalam tanah. keduanya kini hampir tidak berdaya karena di cekik oleh lilitan akar tersebut.
“Dean!!!” teriak Sam.

“Aku tidak bisa bergerak” sahut Dean.

Namun di saat genting seperti itu, tiba-tiba sesosok hantu lain muncul dan menarik tangan hantu Emely.

“Hentikan Emily, sudah cukup. Sudah cukup kau membunuh orang-orang yang tidak berdosa. Kau membunuh semua ayah karena kesalahan ayah kita sendiri. Aku tidak ingin menginginkan hal ini terjadi lagi” ucap sosok hantu yang merupakan hantu Pamela.

Kemudian Pamela mengajak Emely pergi dan mereka berdua menghilang dalam kilauan cahaya putih.
Setelah kedua sosok hantu itu menghilang, perlahan lilitan akar yang mengikat tubuh Sam dan Dean mulai melonggar. Mereka pun terbebas dari ikatan akar tersebut.

“fiuh……ternyata ini semua ulah Emily. Dia membunuh orang yang berstatus ayah atau suami, karena ia tidak ingin kejadian yang menimpanya terulang pada orang lain” ujar Dean.

“Dia terlalu sayang dengan saudaranya, sehingga membuatnya menjadi hantu penasaran seperti ini.” sahut Sam.

“Meskipun begitu, ini benar-benar perbuatan gila. Aku tidak ingin hal ini terjadi padamu Sam, aku tidak ingin kau jadi gila ketika aku mati nanti” ucap Dean.

“Dean,please jangan bicarakan itu di sini, lebih baik kita selesaikan pekerjaan kita yang belum selesai” sahut Sam.

Kemudian Sam dan Dean membokar makam Emely dan membakar kedua mayat tersebut sekaligus. Setelah selesai menyelesaikan pekerjaan yang tak biasa itu, mereka pun segera meninggalkan rumah itu.


^Sekian dan Terima kasih^


Ntar abis nyang ni baru ane buat SCARY STORY yang mempersembahkan para penduduk tret SN ff sebagai karakternya Tongue Roll Eyes Grin Big Wink

Tidak ada komentar:

Posting Komentar