Minggu, 15 November 2009
Fic: Feel The Emotion
Author : Baladewa88
Genre : Horror, Action,
Angst Rating : T
Warning : Self-Insert
Summary : Regret always coming late. Dewa never knew how much Dahlia meant to him, until she died and turned into a demon. Finally, Sam and Dean are trying to help Dewa to solve his problem.
-----------------------------------------------
“Pantas aja dia nggak mau balikan sama kamu!!!” bentak Dahlia di hadapan Dewa.
“Maksud kamu apa ngomong kaya’ gitu?!” potong Dewa cepat tak kalah emosi.
“Dasar menyebalkan!!!” sambut Dahlia dan langsung pergi meninggalkan Dewa sendirian.
Dahlia melangkah jauh dari rumah itu. Dahlia melangkah dengan cepat sambil melepaskan kacamatanya dan mengusap airmatanya yang jatuh di kulit pipinya yang halus itu. Dahlia terus berjalan menjauh dari rumah kecil nan asri tempat Dewa tumbuh besar sambil sesekali membenarkan letak rambut ikalnya yang agak turun menutupi wajahnya.
***
Dewa hanya bisa terdiam melihat sikap Dahlia. Ia tak tahu apa yang harusnya ia rasakan atau lebih tepatnya apa yang harus ia lakukan. Beberapa bulan terakhir, Dahlia adalah orang terdekatnya dan Dahlia tahu lebih banyak dari seluruh temannya yang selama ini ada di dekat Dewa.
“Lia, apa kamu nggak ngerti, aku nggak pernah perduli lagi sama dia. Itu cuma alasanku untuk bisa cerita dengan kamu. Dengar nasehat kamu ataupun godaan-godaan kamu yang jayus itu.” ucap Dewa pelan dan tanpa disadarinya hatinya bergetar.
“Dan aku suka itu. Kalaulah kiranya aku menyebalkan, itu karena aku nggak tahu caranya untuk bilang, kalau aku sayang sama kamu. Mungkin aku nggak bisa ada di hati kamu sebagai cowok penting dalam hidup kamu, tapi setidaknya aku ada di hati kamu sebagai cowok menyebalkan. Mungkin itu lebih baik, karena setidaknya kamu akan selalu ingat sama aku,” ucap Dewa lagi sambil memandang jauh ke depan dimana sosok tubuh Dahlia tak lagi tertangkap matanya yang tampak mulai berkaca-kaca.
Dewa masih saja terdiam hingga ia sadar dari lamunannya dan langsung mengejar Dahlia yang sedari tadi meninggalkan dia. Dewa dengan tubuhnya yang tinggi besar itu lalu berlari memecah heningnya pagi itu.
Sampai ia keluar dari gang rumahnya dan melihat sosok Dahlia disana. Entah apa yang terjadi dengannya, tapi ada rasa lega dalam hati Dewa. Mungkin terbersit dalam hatinya, bahwa ini tandanya ia belum kehilangan Dahlia. Tampak Dahlia dengan anggun melambaikan tangannya meminta kendaraan memperlambat lajunya karena ia akan menyeberang menuju mobilnya yang tak bisa masuk ke gang rumah Dewa.
BRAK!!!! Satu tabrakan hebat ketika sebuah motor besar seperti Thunder menyalip sebuah kijang dan naasnya mobil itu memperlambat lajunya karena Dahlia yang sedang menyeberang. Laju motor itu yang tak terkendali tak mampu menahan kecelakaan itu. Tubuh Dahlia yang mungil terlempar beberapa meter dari motor itu. Begitupun sang pengendara motor, ia juga terlempar dari motornya dan banyak darah bercucuran.
Dewa yang dengan jelas menyaksikan kejadian itu dengan cepat bergerak. Padahal jarak antara tempatnya berdiri taklah begitu jauh, tapi tubuhnya serasa lambat bergerak. Mungkin Dewa takut menyadari bahwa mungkin ia akan kehilangan Dahlia.
“Lia!!!” ucap Dewa yang langsung memeluk Dahlia dalam pangkuannya. Darah yang mengucur dari kepala Dahlia langsung mengotori baju kaos Dewa yang berwarna putih itu. Warga yang berada disekitarpun ikut panik melihat kejadian itu, mengingat di pagi itu tak terlalu banyak kendaraan bermotor.
Dewa lalu menggendong Dahlia dan menggunakan mobil Dahlia untuk membawanya ke rumah sakit terdekat. Sesekali Dahlia mengeluarkan batuk bercampur darah dari mulutnya. Jok mobil yang awalnya berwarna krem itu berubah menjadi merah gelap dengan darah Dahlia yang mengucur deras. Dewa merasa jantungnya juga ikut tak menentu melihat Dahlia seperti itu.
Begitu sampai di Rumah Sakit, Dewa langsung berteriak meminta pertolongan. Perawat jaga dengan sigap membantu Dewa memindahkan Dahlia ke kereta dorong itu. Dewa tak hentinya menggenggam tangan Dahlia dan memberinya semangat, entah Dahlia mendengarnya atau tidak.
Baru kali ini Dewa merasa begitu tegang. Ia juga tak menyangka, pertemuan dengan Dahlia di dunia maya membuatnya jatuh cinta setengah mati seperti ini. Tapi mungkin semua akan berubah meihat kondisi Dahlia yang seperti itu.
“Dokter, bagaimana keadaannya?” tanya Dewa pada dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD tempat Dahlia tadi dibawa oleh perawat.
“Maaf, kami sudah berusaha sekuatnya. Tapi terlalu banyak darah yang keluar, kami tidak bisa menolongnya.” ucap Dokter itu pelan.
Lidah Dewa serasa kelu dan tak tahu harus berkata apa. Dahlia kadang juga menyebalkan seperti dirinya, tapi itu bukan alasan untuk merasa senang dengan kepergian Dahlia. Dewa hanya bisa terduduk di bangku panjang di dekat ruang UGD itu dan hanya bisa terdiam sambil mengingat kedekatan mereka beberapa bulan terakhir.
***
“Kami turut berduka cita,” ucap Dean dan Sam yang ternyata datang ke pemakaman Dahlia begitu diberitahu Suta.
Dewa dan The Winchesters memang tak pernah berhenti melakukan kontak meski jarak mereka begitu jauh terpisah.
“Aku tak menyangka kalian akan datang,” ucap Dewa lirih sambil menahan tangis dihatinya.
“Suta yang memberi tahu kami. Aku harap kau dapat bersabar,” ucap Sam bijak.
“Ini memang tak akan mudah, tapi luka ini tak berarti tak bisa diobati” lanjut Dean.
“Ya aku mengerti tentang itu. Ayo kita ke rumah,” ajak Dewa.
***
“Dean, aku ingin bicara denganmu” ucap Sam sambil menarik Dean. Ini adalah hari kedua mereka menginap di rumah Dewa dan itu juga berarti ini hari kedua sepeninggal Dahlia. Dewa masih saja membuka internet di rumahnya dan membaca cerita-cerita Dahlia yang dulu diterimanya karena Dahlia meminta pendapat Dewa tentang cerita-cerita yang dibuatnya.
“Ada apa?” tanya Dean begitu menjauh dari Dewa yang tampak terlarut dengan cerita-cerita Dahlia di komputernya.
“Aku melihat Dahlia” ucap Sam dengan wajah serius.
“Apa yang kau bicarakan?” tanya Dean cepat
“Dahlia sudah meninggal. Kita ke pemakamannya kemarin!” ucap Dean dengan penekanan nada bicaranya meski masih ditekan agar tetap pelan.
“Aku tahu. Itu yang membuat aku bingung. Aku melihatnya ketika membeli makanan. Dia memandangku lama, namun begitu aku mengejarnya, dia hilang,” jelas Sam.
“Kalau kau Dewa, aku wajar kau berhalusinasi tentang Dahlia” ucap Dean.
“Itu maksudku!!! Aku tak mungkin berhalusinasi!” potong Sam cepat.
Dean lalu terdiam. Benar juga omongan Sam pikirnya. Sam tak memiliki hubungan dengan Dahlia, lalu kenapa dia harus berhalusinasi seperti itu. Tapi jika itu nyata, lalu siapa sosok itu? kenapa begitu misterius?
“Sepertinya kita punya kerjaan,” ucap Dean pada Sam. Dean-pun ikut berubah jadi serius seperti Sam. Mereka langsung pergi tanpa memberi tahu Dewa yang tampak memiliki dunia sendiri di depan komputernya.
***
“Dewa...” sapa suara renyah yang begitu dikenal Dewa. Dewa hanya terdiam sambil menikmati keindahan suara itu.
“Hei!! Aku menegurmu!! Apa sekarang kau akan mengacuhkanku lagi?” tanya suara itu.
Dewa yang mulai tersadar bahwa sapaan itu nyata lalu mencari asal suara itu. betapa senang hatinya begitu ia menangkap sosok mungil itu disana. Sosok Dahlia dengan tubuh mungilnya, pipi tembemnya dan juga senyum lebarnya yang menunjukkan barisan giginya yang rata dan putih itu.
“Dahlia?!?!” ucap Dewa tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya.
“Bukan, aku Thalia” ucap Dahlia. Kontan Dewa lalu tersenyum dengan candaan jayus Dahlia. Ya seperti biasanya dan itu yang membuat hati Dewa merasa begitu tenang.
Tapi Dewa lalu tersadar dengan apa yang berlaku. Ia beru teringat, kemarin Dahlia baru saja dimakamkan. Lalu bagaimana mungkin Dahlia ada di sana, di hadapan Dewa.
“Apa aku lagi mimpi?” tanya Dewa.
“Apa itu penting?” Dahlia balik bertanya.
Hati Dewa kembali tenang. Betul juga pikirnya. Peduli apa ini mimpi atau bukan. Bukankah yang diinginkan Dewa hanyalah bersama Dahlia, lalu jika ini memang mimpi, kenapa tak nikmati saja pikir Dewa.
“Atau Dewa nggak suka aku datang?” tanya Dahlia manja.
“ Kenapa aku harus senang?!” ucap Dewa masih saja mengelak bahwa ia senang dengan kehadiran Dahlia di hadapannya kini.
“Oh gitu ya?!” balas Dahlia.
“Hehehe, nggak kok. Oh ya, aku minta maaf kalau selama ini nyebelin” ucap Dewa.
“Nggak apa-apa, aku juga suka nyebelin kan?” jawab Dahlia.
Tanpa memikirkan dimana Dean dan Sam yang pergi, Dewa lalu pergi dengan Dahlia. Dengan mengendarai motor milik ibunya ia berkeliling kota Pontianak yang sebenarnya kotor dengan debu. Tapi itu tak begitu penting karena Dahlia tengah duduk di belakangnya dan memeluk pinggang Dewa yang besar itu.
Banyak mata memandang Dewa yang sepanjang perjalanan bercanda dan tertawa dengan Dahlia. Namun pribadi Dewa yang memang santai hanya menganggap pandangan aneh yang melihatnya hanya sebagai angin lalu dan tak perlu di pusingkan.
“Dean, lihat itu!” ucap Sam sambil menarik jaket kulit Dean agar Dean melihat ke jalan.
“Itu Dewa,” ucap Dean begitu melihat Dewa diatas motornya.
“Ya, itu dia. Dan dia bicara sendiri,” tambah Sam. “Astaga, apa Dewa sudah mulai gila?” ucap Sam.
“ Kita harus mengejarnya. Kita harus cepat sebelum Dewa mulai telanjang di depan umum,” gurau Dean dan langsung mendapat tinju kecil dari sang adik.
***
“Aku dengar temenmu dari Amerika itu datang kemari ya? Siapa namanya?” tanya Dahlia.
“Iya. Dean dan Sam” jawab Dewa santai sambil duduk di bawah pohon besar agak jauh dari tengah kota.
“Oh iya. Aku suka dengan yang namanya Dean itu” ucap Dahlia lagi. Sekali lagi Dewa merasa ada yang aneh dengan dirinya. Ini tak seperti biasanya, ia cemburu.
“Hati-hati dengannya, dia suka main perempuan” jawab Dewa berusaha merubah penilaian Dahlia terhadap Dean.
“Aku suka main laki-laki,” jawab Dahlia seadanya sambil tertawa kecil. Tawa yang selalu bisa membuat Dewa tenang setiap kali mendengarnya.
“Mereka pemburu hantu kan?” tanya Dahlia.
“Darimana kamu tahu? Aku nggak ada cerita deh rasanya,” ucap Dewa yang bingung dengan ucapan Dahlia.
“Ya siapa dulu, Dahlia gitu loh,” ucap Dahlia.
“ Makan tape sambil minum teh...” jawab Dewa.
“Maksudnya?” Dahlia balik bertanya.
“Cape deh!” ucap Dewa sambil menyentuhkan belakang tangannya ke keningnya yang lebar itu.
“Pasti seru kali ya kalau kita ngeburu hantu,” ucap Dahlia lagi.
“Nggak kok. Aku pernah ikut dengan mereka, tapi nggak asik ngejar hantu. Lebih asik ngejar cewek,” gurau Dewa.
“Dasar playboy. Oh ya, mereka punya senjata rahasia nggak ya?!” ucap Dahlia lagi.
“Maksud kamu?” Dewa balik bertanya.
“Iya, kalau super hero kan pasti ada senjata rahasia gitu. Senjata yang di keluarin kalau musuhnya terlalu kuat dan sulit untuk dikalahkan,” jelas Dahlia.
“Oh itu. Kalau nggak salah sih ada, namanya Colt. Sejenis senjata khusus, katanya sih semua makhluk halus yang di tembak pakai itu pasti mati,” jawab Dewa.
“Wah aku bisa mati dong,” sergah Dahlia cepat.
“Kok bisa?” tanya Dewa tak mengerti.
“Iya, aku kan halus,” ucap Dahlia sambil tersenyum manis yang semakin membuat Dewa salah tingkah.
“Ya ampun, kok nggak hilang-hilang sih narsisnya,” ucap Dewa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Mereka mau nggak ya minjamin tuh senjata. Aku kepingin lihat” ucap Dahlia lagi.
“Ke rumahku aja. Mereka ada disana,” jawab Dewa.
“Kamu aja yang pinjamin, aku ada urusan soalnya,” jawab Dahlia dengan wajah penuh keraguan.
***
“Dewa!!!” ucap Sam cepat begitu melihat Dewa datang dengan motor bututnya itu.
“Kenapa Sam, kangen ya?!” gurau Dewa.
“Kami ingin bicara serius denganmu,” ucap Dean sambil merangkul Dewa dan menariknya masuk ke dalam rumah.
“Ada apa sih?” tanya Dewa yang bingung melihat sikap kedua bersaudara ini.
“Ada yang ingin aku tunjukkan,” jawab Sam sambil mengajaknya duduk di ruang tamu dimana diatas meja telah penuh dengan foto-foto dan berbagai macam hasil temuan kedua pemburu hantu ini.
“Wah sepertinya kalian menemukan pertanda Iblis itu ya?!” tanya Dewa begitu melihat foto-foto di atas meja itu.
“Tepat sekali. Kami menemukan tempat dimana kemungkinan iblis mata kuning itu muncul. Selain tanda-tanda fisik seperti tumbuhan-tumbuhan pada mati dan juga petir yang menyambar kemarin malam, kami juga melihat bukti nyata,” jelas Dean.
“Bukti nyata?” tanya Dewa lagi.
“Ya, kami melihat Iblis mata kuning itu tadi siang,” jawab Sam.
“Tapi aku tidak berniat untuk memburunya,” jawab Dewa santai.
“Tapi ini ada hubunganya denganmu,” ucap Sam.
“Ya, karena Iblis itu merasuki tubuh Dahlia,” lanjut Dean.
“Apa?!?! Dahlia?” tanya Dewa tak percaya.
“Astaga, mimpi ini terlalu berat. Mungkin sudah saatnya aku bangun,” ucap Dewa sambil mengusap rambut keritingnya yang tak beraturan itu.
BUKK!!!
Satu pukulan keras menghantam pipi kiri Dewa. Untunglah kulit Dewa agak gelap, karena jika putih, mungkin lebam itu akan sangat kelihatan.
“Apa kau sudah bangun sekarang?” tanya Dean sambil mengusap tinjunya.
“Ini nyata Dewa. Kita harus memusnahkan Dahlia,” ucap Sam.
“Memusnahkan siapa?” tanya Dahlia yang tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu.
Dean yang melihat sosok Dahlia langsung mengeluarkan senapan di balik jaketnya. Dewa yang melihat Dean menodongkan senjata itu pada Dahlia dengan cepat melindungi Dahlia. Tubuh Dahlia yang mungil langsung tertutup dengan tubuh Dewa yang tinggi besar itu.
“Wa, ada apa sih ini?” tanya Dahlia yang tampak ketakutan di balik bahu tegap milik Dewa.
“Mereka bilang kamu adalah Iblis bermata kuning. Jadi mereka harus memusnahkanmu” ucap Dewa.
“Iblis?!?!?! Aku emang nggak alim, tapi aku manusia!” bantah Dahlia.
“pikirkan Dewa, Dahlia udah mati...” ucap Sam.
“Mati kepalamu!” potong Dahlia cepat.
“Kemarin aku terbangun di dalam mobilku. Hal terakhir yang aku ingat adalah aku bertengkar dengan Dewa,” tambah Dahlia.
“Iblis penuh dengan kebohongan Dewa. Ingat itu!” ucap Dean tanpa melepaskan bidikannya.
“Tapi aku bukan Iblis!!!” bantah Dahlia sekali lagi.
“Sudah, lebih baik kamu pergi sekarang. Biar aku yang urus mereka,” ucap Dewa. Dahlia yang ketakutan akhirnya menuruti omongan Dewa dan berlalu pergi.
Sebenarnya Dean tak ingin melepaskan Dahlia. Tapi melihat wajah polos Dahlia, dia juga merasa iba dan tak tega untuk membunuh gadis semanis itu.
“Kau bodoh Dewa!” ucap Dean sambil memasukkan kembali senapan itu kebalik jaketnya.
“Kau yang bodoh. Sekarang aku tanya, apa bisa iblis merasuki mayat???” tanya Dewa emosi.
“Kami memang belum temukan jawabannya. Tapi kami yakin dia dirasuki” jawab Sam.
“Itu dia yang aku pikirkan. Berarti Dahlia masih hidup. Kita cukup mengusir Iblis itu dari tubuhnya dan kita akan dapatkan Dahlia kembali” ucap Dewa.
“Oh jadi itu masalahnya. Kau hanya inginkan Dahlia kembali bukan?? Untuk apa kau inginkan dia kembali? Untuk kau sakiti lagi? Lagipula kau tak pernah mengatakan cinta padanya, lalu untuk apa dia kembali?!” bantah Dean tak kalah emosi
“Apa maksudmu? Aku tahu, kau juga suka dengan dia kan!” ucap Dewa.
“Kalau aku menyukainya, kenapa aku mau membunuhnya?” bantah Dean.
“lalu mengapa kau marah padaku? Tak perduli apa yang nanti kulakukan, aku hanya ingin Dahlia tetap hidup” balas Dewa.
“Tapi kita hanya bisa membunuh Ibis itu dalam tubuh manusianya. Kau kan sudah melihat sosok iblis itu, kita tak bisa membunuhnya jika ia tak sedang dalam bentuk manusianya,” ucap Dean.
“Itu dia!!!” teriak Sam tiba-tiba dan langsung menarik perhatian kedua lelaki yang sedang bertengkar itu.
“Dahlia tidak dirasuki” lanjut Sam.
“ Maksudmu?” tanya Dean yang bingung dengan ucapan sang adik.
“Ingat kata ayah, bahkan Iblis bisa memiliki bentuk utuhnya. Atau bentuk manusianya, seperti yang kau bilang tadi. Untuk Iblis dengan kekuatan tinggi, mereka bisa memiliki tubuh seseorang. Itu sebabnya dia bisa memasuki tubuh Dahlia, karena Iblis mata kuning memang memiliki kekuatan yang besar untuk bisa melakukan itu,” jelas Sam.
“Cuma ada satu pertanyaan, kenapa tubuh Dahlia,” ucap Sam lagi.
“Agar mudah mendekati kalian. Tadi Dahlia memintaku meminjam Colt dari kalian untuk dilihatnya,” jawab Dewa.
“Kau lihat Dewa, Dahliamu itu, dia bukan Dahlia yang dulu. Dia sekarang sepenuhnya Iblis,” ucap Dean.
“Dean benar Dewa. Kita tak punya pilihan lain. Aku tahu ini berat, tapi ini harus dilakukan,” ucap Sam sambil memegang bahu Dewa.
“Kau memang pintar Sam!” ucap sebuah suara.
Ketiga lelaki itu langsung memandang ke asal suara. Ternyata dugaan mereka tepat, Dahlia kini tengah berdiri di sana. Namun berbeda dengan tadi, kini Dahlia menunjukkan wujud aslinya. Api yang menyelimuti tubuhnya dan matanya yang berubah kuning serta aura gelap di sekujur tubuhnya membuat ketiga lelaki tadi merasakan ketakutan yang amat sangat.
“Sungguh keputusan yang tepat aku menggantungkan harapanku padamu,” ucap Dahlia lagi.
Dean yang mulai sadar langsung merogoh saku jaketnya. Namun belum sempat senapan itu di keluarkan. Sebuah bola api langsung menghantam Dean. Dewa yang terkejut melihat itu juga menjadi sasaran tembak Dahlia.
Setelah itu Dahlia langsung mengeluarkan kekuatannya dan membuat rumah Dewa terbakar. Sam bermaksud untuk mengambil senjata di balik jaketnya juga, tapi dengan kekuatan Dahlia, Sam hanya bisa berdiri mematung. Sedangkan Dean dan Dewa sibuk mematikan api di baju mereka dan sibuk menyelematkan diri mereka di tengah kobaran api.
Warga yang melihat kobaran api langsung sibuk membantu. Dean yang terlebih dahulu mematikan api di bajunya langsung membantu Dewa dan bersegera keluar dari rumah itu. Dean langsung sibuk mencari Sam, tapi sepertinya Dahlia telah membawa Sam bersamanya.
“Astaga, apa yang harus kulakukan. Apa yang harus kukatakan pada orang tuaku??? Oh Tuhan, selamatkan hambamu ini,” ucap Dewa yang bingung memikirkan apa yang harus ia laporkan pada kedua orang tuanya.
“Sepertinya Sam di bawa Dahlia,” ucap Dewa ketika dirinya merasa lebih tenang.
“Dia pasti senang bersama gadis cantik itu,” ucap Dean sambil mengatur nafasnya.
“Sungguh aneh kau bisa sesantai ini. Ini tentang Sam,” ucap Dewa mengingatkan.
“Aku tahu. Tapi Iblis itu justru membutuhkan Sam untuk rencananya. Dia tak akan membunuh Sam. Percaya padaku!” ucap Dean.
“Lalu kenapa dia membawa Sam?” tanya Dewa.
“Biasa lagu lama. Dia minta aku menebus Sam dengan Colt itu” jawab Dean.
“Lalu, apa yang akan kau lakukan?” tanya Dewa lagi.
“Kau terlalu banyak tanya,” jawab Dean.
***
“Hai jagoan. Kau sudah sadar rupanya” ucap Dahlia begitu Sam mulai siuman setelah diculik olehnya tadi.
“Aku senang kau baik-baik saja” ucap Dahlia sambil mengelus pipi Sam yang halus itu.
“Dimana Dean?” tanya Sam begitu sadar sepenuhnya.
“Sepertinya dia sedang merencanakan untuk membunuhku,” jawab Dahlia santai sambil duduk di sebuah kursi reot di dalam gudang itu.
“Sungguh aneh melihat kakakmu itu. Setahuku dia sangat menyayangimu, bahkan rela menjual nyawanya,” ucap Dahlia lagi
“Kemana arah pembicaraan ini?” tanya Sam memastikan.
“Dia lebih memilih membunuhku daripada menyerahkan Colt itu dan membebaskanmu” jawab Dahlia.
“Itu karena dia tahu, kau tak akan membunuhku” ucap Sam penuh percaya diri.
PLAKKK!!!
Sebuah tamparan yang kuat menghantam wajah Sam. Setitik darah mengalir dari bibirnya yang tipis itu. Sam hanya bisa diam karena dia sendiri tengah terikat pada sebuah tiang di gudang itu.
“Aku memang membutuhkanmu, tapi bukan berarti aku tak bisa membunuhmu,” ucap Dahlia lagi.
“Dengarkan aku. Ada banyak anak istimewa seperti dirimu di luar sana. Jadi jika aku memang harus membunuhmu, aku cukup menunjuk salah satu diantara mereka untuk menggantikanmu,” tambah Dahlia. Tatapan Sam masih tak berubah, masih tajam dan penuh percaya diri seperti biasanya.
“Atau kau butuh bukti bahwa aku tak perduli jika kau terluka?” tantang Dahlia.
Kali ini raut wajah Sam mulai menunjukkan ketakutan. Ucapan Dahlia yang tanpa ekspresi tadi membuatnya yakin bahwa Dahlia tak akan bohong. Dahlia lalu bergerak mengambil sebuah linggis yang terletak di dalam gudang itu.
ARGHHH!!!!!!!
Teriakan Sam memecah kesunyian malam itu. Ternyata Dahlia menancapkan linggis itu di paha kiri Sam. Darah segarpun mengalir membasahi tanah di gudang itu.
“Kau lihat, Iblis tak pernah bohong. Bahkan saat dikatakan bahwa Jessica masih hidup,” ucap Dahlia lagi.
Seperti yang di duga, ringisan Sam langsung terhenti. Dengan cepat Sam melihat ke arah Dahlia dengan tatapan penuh kemarahan. Entah mengapa, sejak ia dihidupkan lagi oleh Dean, ada kemarahan yang besar di hatinya. Seakan semakin sulit baginya untuk mengontrol amarah di hatinya.
“Apa maksudmu?” tanya Sam cepat.
“Jessy masih hidup, dia akan kujadikan hadiah jika kau berhasil melaksanakan tugasmu,” ucap Dahlia.
“Tugas apa maksudmu! Jangan memancing amarahku!” ancam Sam.
“Marahlah jika kau ingin! Bahkan Tuhan tak membuatku takut!” tantang Dahlia sekali lagi.
Amarah Sam yang memuncak membuat tenaganya bertambah dan seakan ia punya kekuatan yang jauh lebih besar dari yang pernah ia sadari. Dengan kekuatan pikirannya Sam langsung membuat linggis yang tertancap di pahanya terbang ke arah Dahlia.
Dahlia yang tak menyangka serangan ini tak sempat mengelak hingga linggis itu menusuk tepat di bahu kanannya dan membutnya tergantung di dinding gudang itu. Sam yang masih saja marah dengan mudah membuka ikatan rantai di tangannya.
Dahlia yang sadar bahwa Sam bisa bertindak gila dengan cepat melepaskan linggis itu dari bahunya dan langsung melemparkan ke Sam yang berjalan cepat ke arahnya. Tapi ternyata lemparan itu telah di perkirakan oleh Sam. Karenanya dengan cepat ia menangkap lemparan itu dan dengan sekali memutar Sam kembali melempar linggis itu ke arah Dahlia. Dahlia tak tinggal diam dan langsung berubah menjadi sosok iblisnya dengan api yang membara di sekujur tubuhnya. Linggis itu ternyata langsung meleleh sebelum mengenai tubuh Dahlia yang kini seperti bola api. Dengan cepat Dahlia menghantam Sam yang berlari kearahnya.
Dahlia kembali ke sosok manusianya dan berkali-kali memukul wajah Sam. Meskipun tenaga Sam sangat besar, tapi sepertinya Dahlia jauh lebih mengenali kekuatan Sam dibanding Sam sendiri. Sam yang terkunci langsung melemparkan sebuah motor bekas di gudang itu dengan pikirannya ke arah Dahlia. Dahlia serta merta berhenti memukul Sam dan menahan laju motor yang menyerangnya.
Sam kembali bangkit dengan darah dan lebam di sekujur wajarnya. Tampaknya Sam benar-benar membuat Dahlia marah. Dahlia yang juga terluka sedikit mengambil nafas dan menunggu gerakan Sam berikutnya.
Tapi Sam hanya diam. Ternyata Sam melihat dua lemari di dekat Dahlia dan langsung mengarahkan lemari itu untuk menghimpit Dahlia.Tapi Dahlia memang hebat, dengan sekali tinjuannya lemari itu berderai menjadi debu. Dan satu lemparan bola api membuat Sam terlempar hingga membuat lubang yang besar di pintu masuk gudang itu.
“Sam kau tak apa-apa?” tanya Dewa yang ternyata telah datang bersama Dean.
Tanpa ada basa-basi Dean langsung mengarahkan senapannya dan menembakkkannya beberapa kali tepat di tubuh Dahlia. Dahlia hingga harus berkali-kali termundur karena desakan senapan itu. Sebenarnya garam batu dan air suci tak akan bisa membunuhnya, tapi karena ini adalah tubuh aslinya membuat senjata itu membuat luka di sekujur tubuhnya.
Tembakan terakhir tepat menghantamkan tubuh Dahlia ke dinding gudang itu. Tanpa banyak omong Dean langsung mengeluarkan Colt-nya dan langsung mengarahkan ke Dahlia yang terduduk dan tampak terluka.
Sebuah tembakan dari Colt melesat dengan cepat, tepat mengarah ke kepala Dahlia yang kini tengah terduduk lemas tak bertenaga. Ia hanya bisa melihat detik-detik peluru itu semakin dekat kepadanya. Dahlia hanya bisa terpejam dan berpikir usahanya telah gagal. Ia memang mengantisipasi Dean yang datang dengan Colt ini. Tapi dia tak mengantisipasi kekuatan Sam yang berkembang begitu pesat ketika dia emosi.
Peluru itu kurang dari 10 centimeter dari kepala Dahlia ketika peluru itu berbelok dan hanya menghantam dinding di dekat pipi Dahlia. Meskipun tak mengenainya tapi angin dari peluru itu ternyata mampu melukai Dahlia hingga kulit pipinya gosong dan menunjukkan daging-daging di dalam wajahnya yang cantik itu.
“Sam apa yang kau lakukan!!!” teriak Dean yang menyadari perbuatan Sam.
“Dia bagianku,” ucap Sam sambil berjalan ke arah Dahlia.
Sam lalu mencengkeram kerah Dahlia dan mengangkatnya sejajar dengan wajahnya.
“Katakan, dimana Jessica?” ucap Sam dengan tatapan penuh amarah.
“Selesaikan saja tugasmu dan kau akan bertemu dengannya,” jawab Dahlia dengan senyum licik tersunging di bibirnya yang mulai memucat karena sakit.
Sam yang marah menghantamkan tubuh mungil Dahlia sekali lagi ke dinding kayu itu. membuat tubuh Dahlia kembali berguncang. Tapi tak sedikitpun senyuman itu pergi dari sudut bibirnya.
“kau tak bisa membunuhku,” ucap Dahlia sekali lagi.
Tiba-tiba Dahlia kembali menjadi sosok yang penuh api dan membuat Sam terlempar. Dengan sisa-sisa kekuatannya Dahlia membuat bola api dan melemparkannya ke arah Dean dan Dewa yang hanya mematung melihat tingkah Sam yang tak terkendali.
Dean dengan Dewa langsung sibuk berlari menghindari serangan itu. Bola api yang besar itu tak pelak lagi membuat ledakan besar dan membakar gudang tua itu. Api menyebar dengan cepat membakar gudang itu. asap menggumpal memburamkan pandangan siapapun yang ada di sana. Dean dan Dewa bahkan tak mampu bergerak akibat ledakan itu. Mereka berdua hanya terbaring dengan luka bakar di tubuhnya.
Beruntung Sam masih ingat kepada mereka dan langsung menyelematkan mereka berdua. Bahkan Sam sendiri tak percaya menyadari bisa melempar Dean dan Dewa yang besar itu hanya dengan kekuatan pikirannya.
Mereka bertiga hanya terbaring di luar gudang itu dan melihat perlahan gudang itu ambruk dan menjadi abu. Sedang Dahlia telah menghilang dari sana dan mungkin tengah mengembalikan kekuatannya untuk melanjutkan rencananya.
“Dahlia, aku tak mengira harus seperti ini akhir hubungan kita. Diawali suka dan harus berakhir dengan duka. Aku menyayangimu, tapi mungkin memang tak ada ruang bagi kita untuk bersama,” ucap Dewa dalam hatinya sambil menahan sakit perih di sekujur tubuhnya.
----TAMAT----
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
FF ini bikin saya nangis pas pertama kali baca. Abisnya, FF ini dibuat ama si Author tepat setelah kita ada konflik, n di FF ini saya diceritain mati trus jadi demon. Huhuhu... What a sweet revenge. *pentung Dewa*
BalasHapus