Rabu, 28 Oktober 2009

Fic: Conversation

Author: Oryn.
Rating: K.
Genre: drama.
Chapters: 1, Words: 550.
Timeline: pre-series.
Disclaimer: Sadly, I don't own Supernatural and The Winchesters. They are WB and Kripke's.
Summary: percakapan menjelang tidur dua bersaudara Winchester muda.
Translation: bedtime conversation between young Winchester brothers. Vignette. Only dialogue.
Author's note: fic ini ditulis sekadar untuk latihan, ditulis dengan cepat, tanpa rancangan mendalam dan tanpa plot yang berarti. Bacalah dengan memahami risikonya. Kritik, saran dan masukan sangat diharapkan.

~*~

"Dean?"

"Hh... ada apa, sih? Kenapa kamu tidak tidur-tidur juga, eh? Ini kan sudah hampir tengah malam!"

"Uh..."

"Ya, apa?"

"Tidak jadi, deh."

"Terlambat. Kamu sudah bikin kantukku hilang dan aku penasaran."

"Maaf. Kukira..."

"Katakan saja hal apa yang membuatmu menghalangiku tidur, Sammy."

"Anu...ayah..."

"Kenapa dengan ayah?"

"Kapan ayah pulang, Dean?"


"Mana aku tahu. Katanya, sih seminggu lagi, tapi kamu tahu sendirilah bagaimana ayah itu. Jarang dia pulang lebih cepat, yang kerap itu pulang telat. Kenapa kamu tanya-tanya begitu?"

"Jumat besok ada acara pertemuan guru dan orang tua murid. Kamu baca undangan yang kuberikan waktu pulang sekolah kemarin, kan?"

"Undangan? Undangan apa?"

"Deeean..."

"Tak usah merengek. Iya, iya. Aku ingat isinya, kurang lebih, tapi kertas undangannya kalau tidak salah kupakai buat ganjal pintu lemari."

"Uh, dasar. Jadi... kalau begitu ayah tak bisa datang ke acara itu?"

"Sebelumnya juga tidak pernah datang, kan."

"Aku ingin ayah datang."

"Kamu tidak selalu mendapat yang kamu inginkan. Lupakan saja. Aku sudah bicara dengan Pastor Jim dan dia setuju untuk datang."

"Tapi aku tidak mau kalau yang datang besok itu Pastor Jim. Kali ini aku benar-benar ingin ayah bisa datang. Guruku ingin bicara dengan ayah dan ada yang mau kutunjukkan pada ayah di sekolah."

"Sammy..."

"Aku tahu kamu mau bilang apa. Ayah punya pekerjaan penting, dia menolong orang, menyelamatkan mereka. Pekerjaan ayah lebih penting daripada datang ke acara sekolah konyol. Aku tahu. Tapi kenapa, sih dia tak bisa buat perkecualian sekali-sekali?"

"Dalam pekerjaan ayah tidak ada tempat untuk perkecualian. Ayah hanya melakukan apa yang harus dan dapat dia lakukan."

"Kamu selalu membela ayah."

"Ini bukan soal siapa membela siapa dan jangan melihatku dengan tatapan menuduh seperti itu. Eh, mau ke mana kamu? Sam, kembali ke tempat tidurmu!"

"Kata Pastor Jim, walau jalan terasa sudah tertutup semua bagimu, kalau kamu berdoa maka Tuhan akan membuka suatu jalan buat kita karena Dia Mahakuasa. Jadi aku mau berdoa saja. Tuhan pasti bisa membuat ayah pulang cepat dan datang ke acara itu, betul kan?"

"Hh... apa berdoa harus berlutut begitu?"

"Mm... entahlah. Mungkin tidak."

"Nah, berdoa di atas tempat tidur saja kalau begitu, biar tidak kedinginan."

"Baiklah. Kamu mau ikut berdoa juga, Dean?"

"Tidak."

"Kenapa tidak?"

"Buat apa berdoa?"

"Ya... untuk meminta sesuatu pada Tuhan, bersyukur, begitulah."

"Aku sudah memiliki semua yang kubutuhkan dan aku senang karenanya. Itu cukup, kan."

"Kamu tidak pernah berdoa, Dean?"

"Pernah. Dulu."

"Kok sekarang tidak lagi?"

"Percuma saja. Mau berdoa seperti apapun juga tidak akan mengubah apapun. Lagipula, tahu dari mana kita apa Tuhan mendengarkan doa kita atau tidak. Lalu, apakah Tuhan itu ada atau tidak juga tak jelas, kan?"

"Sst, Dean! Pastor Jim di kamar sebelah. Kalau dia dengar..."

"Dia juga sudah tahu, kok. Ah, sudahlah. Kalau kamu mau berdoa, ya silakan saja. Aku mau tidur."

"Dean?"

"Hm... apa lagi, sih? Ajak omong, tuh Tuhanmu dan berhentilah menggangguku."

"Kamu tak percaya Tuhan juga tidak apa-apa, tapi aku percaya dan aku ingin kamu tahu kalau aku juga berdoa buat kamu."

"Terserah."

~*~

SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar